Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 30-10-2005
  • 465 Kali

IEDUL FITRI, HILANGKAN RASA DENDAM

Merayakan Hari Raya Iedul Fitri adalah salah satu peristiwa keagamaan yang sangat ditunggu-tunggu oleh ummat Islam, setelah sebulan penuh melaksanakan puasa Ramadhan. Mengapa ?. Karena suasana peringatan lebaran ini sangat sarat dengan kegembiraan dan kasih sayang. Sudah sesungguhnyalah pada situasi seperti ini bukan hanya ummat Islam saja yang memerlukan pernyataan kasih saying, tapi seluruh ummat di semua penjuru dunia. Pada saat kepentingan politik telah mengalahkan rasa iba pada segenap warga yang tertimpa musibah-bencana, suasana pemandangan antrean panjang jutaan orang miskin yang akan menerima bantuan langsung tunai (BLT) dari pemerintah sebagai subsidi kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dan maraknya kaum miskin yang menuntut jatah, karena mereka tak sempat terdata oleh petugas, dan tuntutan lainnya yang belum tercatat sebagai aspirasi masyarakat untuk dipenuhi. Berbagai pernyataan kasih sayang masih perlu direnungkan dan dikaji ulang. Mereka yang terkena bencana alam maupun akibat pertentangan politik dan perselisihan antar etnik, dan kelompok masyarakat yang berada di puncak bukit, di dalam goa, di tengah hutan dan di tengah lautan lepas di sebagian besar wilayah kita, sungguh ingin menikmati Hari Raya Iedul Fitri dan Perayaan Natal tahun ini seperti layaknya masyarakat yang lain dengan penuh khidmat dan damai. Dan, kali ini merupakan suasana persiapan untuk meninggalkan tahun 2005 yang penuh dengan beberapa hal aktivitas yang belum sempat terlaksana, baik itu masalah pertumbuhan ekonomi, hukum dan keamanan yang masih merupakan sebuah “tanda tanya� untuk memasuki tahun 2006. Dan ditengah kesibukan kita dalam memasuki suasana baru pada tahun 2006 itu, masih saja terdengar berita yang sangat kurang enak, baik lewat media cetak dan elektronik yang bersumber dari seorang tokoh masyarakat, pejabat Eksekutif dan Legislatif maupun dari masyarakat itu sendiri, yang semuanya itu tidak perlu terjadi dan sangat bertentangan dengan etika moral budaya kita. Kalau kita mau menyadari, bahwa masalah kita adalah tanggung jawab bersama untuk menyelesaikannya, bukan kepada orang lain. Dalam suasana Iedul Fitri 1426 Hijriyah ini, ada baiknya bila kita dapat menyisihkan sedikit apa saja yang kita nikmati untuk saudara-saudara kita yang kurang beruntung, bukan dengan wacana ataupun suguhan issue yang kurang enak didengar. Sebab, hari lebaran adalah hari bahagia, sebagai sarana menghilangkan rasa dendam, sekaligus hari untuk merefleksi ulang aktivitas keseharian kita selama ini. Budaya salam-salaman dan maaf-maafan yang telah berjalan selama ini, sebagai bukti bahwa diantara kita memang harus saling memaafkan dan hilangkan rasa dendam dan permusuhan yang diakibatkan kesalahan masa lalu atau interest politics yang kental dengan gonjang-ganjing. Manusia sebenarnya makhluq yang sangat kecil, mereka harus berinteraksi dengan sesama secara baik. Jika tidak demikian, maka kehidupannya tidak akan berarti apa-apa. Bersalam-salaman, sungkeman, saling memaafkan dan beragam cara silaturrahmi biasa dilakukan ummat Islam usai Iedul Fitri. Untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah, silaturrahmi atau halal bil halal telah menjadi tradisi kuat di negeri ini. Berlebaran agaknya tak sekedar bermakna religi. Ketika gaung Iedul Fitri yang menandai akhir dari sebuah peribadatan agung pada bulan Ramadhan, terasa bertambah nikmat dan meriah pada saat seluruh ummat Islam saling membuka pintu maaf bagi sesamanya. Sinar fitrah seolah-olah terpancar dari raut wajah setiap insan muslim. Berbagai forum silaturrahmi, baik formal maupun informal pun lantas digelar, hampir seluruh ummat Islam melakukan itu tanpa kecuali dari orang tua hingga anak-anak, dari yang kaya hingga yang miskin, serta dari pemimpin hingga rakyat jelata. Iedul Fitri mengandung pengertian, bahwa manusia seolah-olah dilahirkan menjadi manusia baru dengan harapan-harapan baru pula, bersih dari segala dosa dan memiliki keteguhan iman. Iedul Fitri merupakan hari pelaksanaan wisuda ummat Islam setelah lulus menjalani pendidikan dan ibadah puasa sebulan penuh. Bulan puasa Ramadhan memiliki tiga fungsi dalam kehidupan ummat Islam, yaitu sebagai bulan ibadah, bulan keluarga dan bulan pendidikan. Rangkaian bulan puasa Ramadhan yang diakhiri dengan pembayaran Zakat Fitrah dan Sholat Iedul Fitri beserta segenap keluarga dan kerabat lainnya merupakan puncak kegiatan seremonial ibadah puasa Ramadhan. Dan pada pasca bulan puasa Ramadhan itu, kaum muslimin menemukan fitrah, suci jiwa dan hatinya setelah menempa diri melawan hawa nafsu selama sebulan penuh. Minal Aidzin wal Faidzin. ( Eko Suhartono Hadie )