Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 11-02-2020
  • 1218 Kali

Menelusuri Beberapa Situs Di Sekitar Asta Tinggi

Media Center Selasa ( 11/02 ) Di luar pagar pembatas komplek utama Asta Tinggi, yakni pemakaman para Raja Sumenep, yang terletak di Desa Kebunagung, banyak beberapa bangunan dan situs sejarah. Seperti cungkup makam tokoh zaman keraton dan makam-makam lain di sekitarnya yang tidak bercungkup.

Menurut Hairil Anwar, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep, makam-makam di luar pagar Asta Tinggi merupakan tempat peristirahatan tokoh-tokoh yang dahulu memiliki peran penting.

“Hanya saja dahulu memang penempatannya tertib. Jadi yang di kawasan luar merupakan keluarga sentana, atau pejabat keraton,” kata salah satu anggota Komunitas Ngopi Sejarah (Ngoser) ini.

Sedikitnya ada dua cungkup yang masih berdiri tegak di sebelah timur komplek utama. Cungkup pertama merupakan pasarean Kiai Wirodipuro, seorang Qodi Keraton Sumenep di masa Panembahan Sumolo (Notokusumo I yang memerintah pada 1762-1811).

Di keterangan prasasti nisan, Kiai Wirodipuro di samping seorang Qodi, yaitu Penghulu Utama Keraton, juga merupakan paman sang Panembahan.

“Paman Panembahan Sumolo dari garis ibu,” kata Ja’far Shadiq, salah satu anggota keluarga Keraton Sumenep, Selasa (11/02/2020).

Ibu Panembahan bernama Nyai Izzah, yang dimakamkan di Lembung, Lenteng. Keduanya merupakan putra-putri Kiai Jalaluddin di Prongpong, Dasuk.

Situs lainnya ialah kubah Patih Angabai Mangundireja, patih keraton yang juga di masa Panembahan Sumolo. Patih Mangon, sebutannya, gugur dalam insiden bentrok fisik pasukan keraton dengan pasukan Inggris di Pantai Saroka (Saronggi) pada 1796.

“Patih Mangon gugur bersama salah satu anaknya. Makam keduanya di dalam satu cungkup dengan bangunan yang sangat istimewa,” kata Ja’far.

Selain itu ada juga sebuah area makam tanpa cungkup, yang berhasil diidentifikasi sebagai pasarean Raden Ardikusuma dan isterinya. Raden Ardikusuma merupakan salah satu saudara seibu Panembahan Sumolo.

“Raden Ardi ini juga seorang Qodi. Beliau dikenal dengan kealimannya. Sehingga juga dijadikan penasihat raja,” imbuh Ja’far.

Sayang, kawasan di sana kurang mendapat perhatian, sehingga di musim hujan tertutup oleh rimbunnya rumput liar yang meninggi. Dalam pantauan Media Center, kawasan tersebut sejatinya masih dekat dengan komplek utama.

“Kalau musim hujan memang dibiarkan dulu, karena tanah subur, sehingga pertumbuhan rumput liar lebih cepat. Tapi nanti dibersihkan, jika sudah mendekati musim kemarau,” kata RB Ruska, Kepala Penjaga Asta Tinggi. ( Han, Fer )