Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 31-03-2020
  • 1786 Kali

Mengukir Imajinasi Di Wisata Benteng Kalimo’ok

Media Center, Selasa ( 31/03 ) Bangunan tua dengan pintu gerbang yang masih utuh itu tampak gagah dilihat dari luar. Namun ketika masuk ke dalam, hampir tidak ada yang bisa menggambarkan bentuk asli dari reruntuhan masa buram akibat cengkraman kuku penjajahan di era yang dikenal dengan VOC-nya itu.

Luasnya mungkin tidak seperti benteng-benteng di luar Madura. Karena sejatinya, benteng yang dibangun pada 1785 ini hanya sebagai penanda saja bahwa VOC “menang” atau berhasil mencengkram Madura Timur, khususnya.

Panjang dan lebar benteng, 150 meter dan 100 meter. Jadi, luas benteng tersebut adalah 1.500 meter persegi. Tinggi benteng sekitar tiga meter, yang mana di setiap sudutnya ada bataliyon yang berbentuk segi empat dan berfungsi sebagai tempat pengintai musuh. Khususnya saat suasana peperangan saat itu.

Di setiap bataliyon ada lubang-lubang kecil, manfaatnya untuk meletakkan senjata, utamanya, saat menyerang musuh.

Cagar budaya tertua peninggalan VOC ini memang tidak terawat sebagaimana cagar budaya lainnya. Dari sebuah papan nama di depan benteng, ada keterangan bahwa kawasan itu menjadi kawasan milik Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. Luas keseluruhan 12.765 meter persegi. Jadi bangunan benteng berada di dalam kawasan Disnak Jatim itu.

Di musing penghujan ini area benteng sedikit dipenuhi rumput-rumput liar. Alih-alih dibersihkan, rerumputan itu mungkin menjadi tambahan pakan hewan ternak yang di waktu tertentu dibiarkan bebas di dalam benteng.

Tak banyak yang bisa digali dari sejarah benteng ini. Namun di masanya, bangunan ini terbilang megah, dan merupakan pusat pertahanan utama sekaligus terakhir VOC.

Di area benteng, menurut Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Sumenep, sejatinya banyak bangunan. Namun hanya tersisa di sudut belakang bagian timur dalam benteng. Bangunan itu mirip cungkup.

“Tidak bisa dipastikan itu fungsinya sebagai apa. Saya dengar itu tempat obat-obatan,” kata salah satu penjaga pintu masuk atau gerbang benteng.

Bangunan ini resmi menjadi milik Disnak Jatim sejak 1998 silam. Di luar benteng ada komplek pemakaman orang-orang yang diidentifikasi sebagai keturunan Belanda.

“Itu bangunan baru. Sekitar 1930-an. Kalau bangunan pemakaman orang-orang Belanda yang lama di sebelah selatan atau Kertasada. Disebut kampung Kerkop. Dari asal kata Kerkhof, bahasa Belanda yang bermakna mati,” kata Hairil Anwar anggota TACB Sumenep, sekaligus anggota Komunitas Ngopi Sejarah (Ngoser). ( Han, Fer )