Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 08-03-2018
  • 2073 Kali

Merpati Balap Dan Filosofi Menang Kalah

Media Center, Kamis ( 08/03 ) Jaman terus berubah, kreativitas orang juga terus bertambah. Sejak dulu, pecinta hewan sudah ada. Mulai dari hewan yang jinak hingga buas. Tak sekadar suka, mereka juga memelihara hewan-hewan itu, mengurusnya, menjaganya, dan memberi makan. Motivasinya beragam, ada yang hobby, kepuasan, hingga orientasi bisnis. Meski, dewasa ini motivasi itu ibarat gado-gado, bercampur-baur. Ya, awalnya suka memelihara hewan, lalu sekaligus juga suka keuntungan saat dijual, sehingga lantas menjadi puas, dan selanjutnya menjadi hobby juga. 

Bicara kreativitas, orang-orang jaman now memang banyak yang kreatif. Dulu orang Madura, tahunya kerapan sapi. Sekarang kambing pun dikerap juga. Imbasnya, kambing yang biasanya harganya di kisaran Rp 1 hingga Rp. 2 juta, jika sudah menjadi kambing kerapan, harganya bisa Rp 15 hingga Rp 25 juta. 

“Ini sudah ada yang nawar di atas Rp 15 juta, tapi tak saya lepas,” kata Nazar, salah satu pemilik kambing kerapan saat mau menyeberang dari pelabuhan Kalianget ke Pulau Sapudi, beberapa waktu lalu. Kebetulan kala itu Media Center juga satu rute dengannya.

Lucunya, seekor kambing kerapan yang tubuhnya mungil itu disambut oleh sebuah mobil pick up di dermaga Tarebung, Sapudi waktu itu. Seperti tamu kehormatan saja, bak pick up itu hanya ditempati seekor kambing tersebut. Padahal biasanya, mobil pick up yang ditaksikan, umumnya sarat dengan penumpang dan barang. 

Jika tadi itu kambing, ada lagi bangsa hewan yang juga masuk komoditas mahal. Yaitu merpati. Burung atau unggas yang banyak dipelihara orang sejak dulu ini memang terkenal. Selain kadang untuk dikonsumsi dagingnya, juga telurnya, merpati juga merupakan jenis burung yang indah. Ia tak seperti burung lainnya, karakternya setengah jinak, dan setengahnya lagi tidak, sehingga muncul istilah “jinak-jinak merpati”. Tidak sembarang orang bisa mendekati. Bikin orang penasaran. 

Sebenarnya burung merpati tidak seberapa mahal. Laiknya kambing biasa, merpati pada umumnya juga harganya tidak sampai membuat kantong jadi bolong. Hanya, untuk merpati khusus, satu ekornya juga bisa menyamai harga kambing kerapan. 

“Bisa tembus Rp 25 juta. Bahkan, kabarnya ada yang sampai ratusan juta rupiah,”kata Fatihul Huda, salah seorang “kolektor” burung merpati di Sumenep.

Tentu merpati yang dimaksud Huda bukan merpati biasa. Merpati itu ialah merpati balap. Dan hal itu bukan omong kosong. Menurut penelusuran media ini, dalam sebuah informasi di situs online, ada seekor merpati yang mau dilepas Rp 250 juta.

Namun, tidak seperti kambing kerapan, merpati balap ini satu pasang alias 2 ekor. Nah, merpati yang seharga Rp 250 juta itu merupakan milik Tim Altus dari Kabupaten Sampang, Madura. Dilansir dari media detik.com, sepasang merpati itu diberi nama Nippon. Sang pemilik mengaku merogoh Rp 70 juta untuk mendapatkan pasangan dara itu. Hingga kini sudah 2 tahun dimiliki, pasangan merpati itu selalu menjuarai Liga Jatim sejak 2016. 

“Burung merpati saya kira masuk kategori burung tak sepi peminat. Banyak orang yang mencarinya untuk diikutkan lomba balapan,”kata Fatihul Huda. 

Mengenai harga merpati balap juga ada yang hanya Rp 500.000 hingga Rp 1 juta. Namun, saat berkali-kali juara lomba, harganya ikut naik berkali-kali lipat. Semakin sering juara, semakin tinggi harganya. “Jadi ya, relatif,” kata Huda, panggilan Fatihul Huda. 

Pemerhati budaya di Sumenep, RB. Nurul Hidayat mengatakan, fenomena maraknya lomba balap hewan, seperti salah satunya merpati mengandung unsur positif. Terutama merpati. Karena merpati jika dikaji filosofinya mengandung makna kasih sayang dan perdamaian. Itulah mengapa di jaman dulu merpati biasa menjadi kurir dalam surat menyurat. 

“Jadi, memang perlu sembari saling mengingatkan juga. Lomba itu kan secara tak langsung juga memiliki unsur silaturrahim. Saling mengenal satu sama lain, sehingga tidak benar ketika lantas menebar permusuhan ketika ada pihak menang-kalah.

Lomba itu seperti main game di android atau PC, kalah, ya main lagi,” kata lulusan TMI Al-Amien, Prenduan ini. ( M. Farhan M, Esha )