Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 13-10-2020
  • 1268 Kali

Misteri Raden Suderma, Sosok Yang “Hilang” Dalam Sejarah Sumenep (1)

Media Center, Selasa ( 13/10 ) Sejarah memang tak pernah selesai diceritakan, ditulis, dan dinamis.

“Selalu saja ada yang baru dalam sejarah,” kata RB Moh. Muhlis, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep, Selasa (13/10/2020).

Baru di sini bersifat kompleks. Seperti soal anakronisme dalam sejarah. Maupun juga perihal peran yang dimainkan para pelakunya. Bahkan, begitu dinamisnya, hingga bahkan tak hanya peran yang tak diceritakan, namun juga ada tokoh atau pelakunya yang “hilang”: jika tak mau disebut “dihilangkan”.

Raden Suderma salah satunya. Tokoh ini asing dalam literasi awal, seperti babad misalnya. Begitu juga dalam beberapa sumber tulisan kuna lainnya. Tak terkecuali dalam catatan genealogi.

Padahal Suderma adalah salah satu penguasa Sumenep, dan menjadi bagian dari Dinasti Yudanegara yang mengakar pada Dinasti Kanduruan.

Dalam “Rulers in Asia (1683 – 1811): attachment to the Database of Diplomatic letters”, yaitu tentang surat-surat diplomatik VOC dengan penguasa-penguasa daerah, nama Raden Suderma berada dalam daftar penguasa Sumenep di abad 18.

“Raden Suderma ini memerintah pada 1705-1707,” kata Faiq Nur Fikri, dari Komunitas Sumenep Tempo Doeloe, yang turut menyimpan salinan arsip surat-surat tersebut.

Surat-surat tersebut dikumpulkan oleh dua orang peneliti Belanda pada tahun 2015, yaitu Maarten Manse dan Simon Kemper. Keduanya terlibat dalam atau menjadi bagian dari program penelitian Perpustakaan Nasional dengan Universitas Leiden.

Dalam kumpulan surat itu, Raden Suderma merupakan pengganti Pangeran Rama alias Pangeran Cakranegara I (1702-1705). Pengganti Suderma ialah Pangeran Cakranegara II.

Data-data ini jika dibandingkan dengan data-data Sumenep sendiri akan memperlihatkan perbedaan yang cukup signifikan.

“Yang pertama tentang masa pemerintahan penguasa Sumenep selain Suderma. Juga gelar-gelar penguasanya,” kata Muhlis, narasumber pertama.

Muhlis mencontohkan Pangeran Rama yang disebut bergelar Pangeran Aria Cakranegara I dalam surat diplomasi VOC. Sedang dalam catatan babad, maupun genealogi, sekaligus data Sumenep sendiri, Pangeran Rama adalah Cakranegara II.

“Cakranegara I adalah gelar raja Sumenep sebelum Yudanegara,” kata Muhlis.

Namun, Muhlis memang tidak mengelak mengenai kemungkinan terjadinya anakronisme.

“Perlu kajian dan penelitian serius mengenai ini,” ujarnya.

Hal yang sama diungkapkan Faiq, narasumber kedua. Menurut Faiq, memang semuanya harus dikaji ulang lagi sumber-sumbernya. Diplomatic Letter yang jadi dasar penulisan ikhtisar laporan, dokumen aslinya juga disimpan di Arsip Nasional, Jakarta.

“Penguasa Sumenep yang nama-namanya bisa dipertanggung jawabkan by data selain nama-nama di atas antara lain Siding Puri, Tumenggung Kanduruan dan juga Pangeran Anggadipa. Yang paling tua ialah Rakyan Kulup Kuda dan juga Arya Wiraraja,” jelas Faiq. ( Han, Fer )