Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 16-06-2017
  • 576 Kali

Mudik Dalam Perspektif Budaya Dan Agama

Media Center, Jumat ( 16/06 ) Mudik atau pulang kampung (pulkam) adalah istilah kembalinya para mereka yang dirantau. Hal itu merupakan sebuah peristiwa alamiah dalam perjalanan umat manusia. Tak terkecuali di Pulau Madura.

Artinya, mereka yang keluar rumah atau kampung halaman, tak pernah lupa akan jalan pulang dan tempat asalnya. Dalam konteks budaya, mudik atau pulkam lantas menjadi sebuah tradisi dalam momentum tertentu.

Peristiwa ini bertambah sakral saat terkait dengan hari besar keagamaan. Perjalanan berbalut rindu itu pun semakin lebur.

“Lebaran atau Hari Raya bagi umat Islam, merupakan momentum mudik yang dilahirkan dari paduan budaya dan agama,”kata salah satu pemerhati budaya di Sumenep, RP. Moh. Muhlis, pada Media Center.

Menjelang Syawal, atau Hari Raya Idul Fitri, para rantau banyak yang pulang kampung. Meski tidak sedikit pula yang karena beberapa alasan tidak bisa mudik. Jalanan ramai. Mereka yang berhasil melalui perjalanan sampai ke rumah merasa seakan lahir kembali. Atau paling tidak ada rindu yang tersembuhkan di sana.

“Di situlah kemudian mudik menjadi sakral. Di sana banyak perkara yang disunnahkan pula dalam agama, semisal silaturahim, sedekah dalam bentuk buah tangan dan lainnya,”tambah guru PNS ini.

Dalam perspektif budaya, mudik menurut Muhlis juga lantas menjadi sebuah tradisi yang terus subur. Di Madura, peristiwa mudik terus berlangsung hingga puncak lebaran yang disebut Tellasan Topak.

“Tellasan Topak ini sebuah tradisi budaya yang lahir dari agama. Setelah hari ke dua Syawal, biasanya banyak umat Islam yang puasa Sunnah hingga hari ke tujuh. Jadi Tellasan Topak ini suatu tradisi yang luar biasa. Makanya, tradisi ini tak hanya harus dipertahankan, namun juga dikemas lebih baik lagi,”tutup Muhlis. ( M. Farhan, Esha )