Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 13-09-2017
  • 2841 Kali

Napak Tilas Parongpong, Bumi Para Wali Di Sumenep

Media Center, Rabu ( 13/09 ) Nama Parongpong sudah terkenal sejak dulu kala. Banyak catatan kuna, buku Babad, maupun Sejarah Sumenep ataupun Madura, yang mengutip nama sebuah Dusun di Sumenep ini. Tentu saja, hal itu tidak terlepas dari para tokoh pembabat Parongpong. Sebut saja, Kiai Ali atau Abdurrahman Talang Parongpong, Kiai Khathib Bangil, Kiai Jalaluddin, dan masih banyak tokoh lainnya. Tokoh-tokoh yang berpangkat sebagai waliyullah agung, sehingga tak berlebihan jika di Dusun yang kini masuk Desa Kecer, Kecamatan Dasuk ini disebut Bumi Para Wali di Sumenep.

Dan lagi, tak hanya di tapal oleh peta jejak para kakasih Allah itu. Dari Bumi Parongpong inilah dahulu kala cahaya Islam bersinar. Ibarat mentari. Dari Parongpong sinar Islam bersemburat dan menerangi Bumi Sumenep dan sekitarnya. Apa pasal? Para tokoh ulama di Parongpong merupakan cikal-bakal hadirnya para pemain penting dalam lintasan sejarah Sumenep di abad ke 17 hingga ratusan tahun setelahnya.

“Para kiai pembabat Sendir, yaitu sejak Kiai Rahwan berasal dari Parongpong,”kata pemerhati sejarah muda di Sumenep, RB. Nurul Hidayat, pada Media Center.

Dari Kiai Sendir, muncullah Kiai Abdurrahman, Waliyullah agung di Bumi Gerbang Salam. Kiai Abdurrahman atau Kiai Agung Raba, di Pademawu, Pamekasan. Sementara 2 sesepuh utama yang pertama kali mukim di Bumi Parongpong ialah 2 bersaudara : Kiai Astamana, dan Kiai Andasmana. Keduanya merupakan putra Pangeran Bukabu. Berdasar catatan silsilah Keraton Sumenep, Pangeran Bukabu adalah cicit Sunan Kudus.

“Kiai Astamana yang menurunkan para kiai di Parongpong setelahnya. Sedang Kiai Andasmana berputra Kiai Rahwan di Sendir,” lanjut Nurul.

Putra Kiai Astamana, yaitu Kiai Abdullah Gelugur, adalah ayah Kiai Talang Parongpong. Kiai Talang ini berputra 2, yaitu Kiai Khathib Bangil, dan Kiai Abdul Qidam, Arsoji. Dalam salah satu versi yang dipakai sebagian keluarga Keraton Sumenep masa kini, Kiai Abdul Qidam adalah keturunan Raden Fatah.

“Tapi itu lemah. Karena di Buku Babad Songennep karya Werdisastra, Kiai Abdul Qidam tertulis putra Kiai Talang Parongpong,” imbuh Nurul.

Menurut Nurul, Buku Babad Songennep ditulis tahun 1914, di mana waktu itu Pemerintahan Sumenep dipegang oleh Pangeran Pratamingkusumo, dari dinasti Saut, yaitu trah Abdul Qidam. “Nah, tentu tidak mungkin Werdisastra menulis nasab rajanya dengan asal-asalan. Dan tidak mungkin pemerintah waktu itu tidak mengetahui isi babad. Penulisan semacam itu jelas di bawah pengawasan pemerintah, apalagi ini menyangkut asal-usul dinasti yang berkuasa,”kata Nurul.

Kembali ke Parongpong, hampir 80 persen makam kuna di sana masih original. Seperti makam Kiai Andasmana, Kompleks Pasarean Kiai Talang Parongpong, Kompleks Pasarean Kiai Khathib Bangil dan lainnya. Hanya sayang, kijing pasarean di Kompleks Kiai Astamana sudah berganti baju keramik toko. ( M Farhan, Esha )