Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 13-01-2020
  • 689 Kali

Sarasehan Budaya : Sumenep, Sejarah, Dan Pekerjaan Rumah

Media Center, Senin ( 13/01 ) Di Nusantara, jika ditanya dua hal yang tak terpisahkan, maka salah satu jawabannya ialah sejarah dan Sumenep. Begitu kuatnya hubungan itu, sehingga tidak akan dibahas lahirnya Nusantara (baca: Majapahit) tanpa menyebut Sumenep sebagai rahim yang melahirkannya.

Bertempat di Anita Family (Resto and Cafe), pada Minggu (12/01/2020) malam, digelar sarasehan dengan menghadirkan tiga pemateri dari kalangan praktisi sekaligus birokrasi.

Sebagai pemateri pertama, Guru Sejarah SMAN 1 Sumenep, Hairil Anwar, S.Pd, mengangkat tentang “Ragam Kejayaan Sumenep dalam Arus Sejarah Indonesia”. Ia menyebutkan Sumenep banyak berperan dalam dinamika peradaban Nusantara hingga menjelma Republik Indonesia (RI) seperti sekarang ini.

“Bahkan tokoh-tokoh dari kabupaten kecil di ujung timur nusa garam ini, sudah ada yang diakui sebagai pelopor sekaligus pejuang kemerdekaan. Salah satunya ialah Abdul Halim Perdanakusuma,” kata salah satu personel Komunitas Ngopi Sejarah (Ngoser) ini.

Tak hanya Halim, salah satu tokoh lagi justru malah memiliki peran super penting, yakni sebagai pencetus syarat sebagai presiden RI. Tokoh yang dimaksud ialah Raden Abdul Rahim Pratalikrama.

“Raden Abdul Rahim berdasarkan catatan keluarganya di Sumenep ialah kakak dari Abdul Halim Perdakusuma. Beliau wafat dan dimakamkan di Kediri,” kata Hairil.

Abdul Rahim merupakan salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Sebelumnya, putra dari Raden Wongsotaruno Sumenep itu banyak menduduki jabatan-jabatan penting, baik di Madura dan Jawa. Hanya, sayangnya, pemerintah masih belum menetapkan beliau sebagai salah satu pahlawan di negeri ini.

Sementara Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, Drs. Ec. Carto, MM dalam penyampaiannya banyak mengulas tentang cagar budaya, baik yang benda maupun tak benda. Dalam data Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora), lebih 200 situs yang sudah masuk list. Namun baru lima yang resmi ditetapkan sebagai cagar budaya.

“Jadi masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) kita sebenarnya,” katanya.

Sementara yang tak benda, mantan Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga ini menyebut hanya tiga budaya yang sudah diakui sebagai hak paten Sumenep. Di antaranya Syi’ir, Nyadar, dan Saronen. “Terakhir ini Saronen baru ditetapkan pada 2019 kemarin,” ujarnya.

Pemateri terakhir, Tim Ahli Cagar Budaya, Tadjul Arifin mengupas sejarah tokoh-tokoh Sumenep mulai Aria Wiraraja. Tokoh yang disebutnya, berdasar penelitian, membangun pusat pemerintahan di Kecamatan Batuputih, Kabupaten Sumenep.

Dalam penjelasannya, Tadjul banyak mengungkap sisi para tokoh sehubungan dengan karya-karyanya. Seperti seni tari, tatakrama, dan karya-karya ilmiah. Di antaranya Tumenggung Judanagara dan Bindara Saot sebagai peletak tata cara bersikap dan adat istiadat kesopanan yang mengacu pada akhlaq.

Juga seperti Sultan Abdurrahman dikenal sebagai cendekia, penulis, dan tokoh penguasa Sumenep yang bergelar doktor.

Perlu diketahui, Sarasehan Budaya “Menelusuri Jejak Sejarah Sumenep dan Upaya Pelestarian Cagar Budaya” itu digagas oleh Forum Komunikasi Mahasiswa Sumenep (FKMS) Universitas Negeri Malang dan Gerakan Intelektual Muda Sumenep.

Hadir dalam acara tersebut para mahasiswa, dan beberapa komunitas pencinta sejarah; seperti Komunitas Ngopi Sejarah (Ngoser) dan Sumenep Tempo Dulu. ( Han, Fer )