Media Center, Rabu ( 23/08 ) Berita tentang ditemukannya pasarean Buju’ Mellas yang diidentifikasi
sebagai isteri Kiai Abdul Akhir, Arongan, Ganding, Sumenep; di Kabupaten
Jember menghebohkan dunia sejarah di daerah tapal kuda.
Pasalnya,
sosok perempuan keramat tersebut merupakan ibu yang melahirkan tokoh
leluhur sebagian besar para kiai atau ulama di Madura dan Jawa Timur.
Namun, yang menjadi pertanyaan besar saat ini ialah, mengenai asal-usul
Buju’ Mellas tersebut.
Untuk sementara, menurut Tim penemu makam,
didapat informasi bahwa Buju’ Mellas bernama asli Fathimah. Namun,
karena tidak didukung data otentik, akhirnya sebagian anggota tim yang
Selasa kemarin (22/08) diwakili K. Muhammad Ali Muqit dan Kiai Ahmad
Mundzir, napak tilas ke Sumenep.
“Ini penting kami rasa. Paling
tidak ada kejelasan, apakah ada data otentik mengenai asal-usul beliau
atau tidak,”kata Lora Ali, panggilan K. Ali Muqit pada Media Center.
Dari hasil investigasi Ra Ali, tim awalnya menuju pasarean Buju’ Korse
di Ketawang, Ganding. Karena ada riwayat yang mengatakan Buju’ Mellas
adalah anak Buju’ Korse. Namun di sekitar pasarean, informasi yang
didapat nihil. Akhirnya tim menuju pasarean Kiai Abdul Akhir di Arongan.
“Nah, dari sana petunjuk mulai jelas. Buju’ Korse justru besannya Kiai
Abdul Akhir. Jadi jelas bukan orang tua Buju’ Mellas,”tambah Ra Ali.
Setelah melalui beberapa kunjungan, akhirnya didapat data tertulis,
bahwa Nyai Abdul Akhir itu adalah putri Pangeran Bugis. Data yang
bersumber dari salah satu anggota keluarga Ponpes An-Nuqayah Guluk-guluk
itu menyebut, bahwa Pangeran Bugis merupakan keturunan langsung
Tumenggung Kanduruhan, salah satu Adipati Sumenep. Kanduruhan merupakan
salah satu putra Raden Fatah, Sultan Demak.
“Alhamdulillah, untuk sementara info yang kami butuhkan cukup. Nanti
mungkin bisa dikaji lebih dalam lagi, sambil lalu terus menggali data.
Khususnya mengenai informasi bahwa beliau (Buju’ Mellas; red) memiliki
hubungan nasab dengan Sayyid Yusuf al-Anggawi di
Talango,”kata Ra Ali dan Ra Ahmad, panggilan K. Ahmad
Mundzir.
Kedua cucu KH. Abdul Aziz bin Abdul Hamid Itsbat,
pendiri Ponpes Tempurejo, Jember ini juga mengunjungi situs-situs
bersejarah di Sumenep dan bertabayyun dengan keluarga keraton dinasti
terakhir. Rombongan keduanya bertolak ke Jember pada malam harinya
(malam Rabu; red).
Terpisah, RB. Muhlis, salah satu pemerhati
sejarah di Sumenep mengapresiasi Tim Penelusur Sejarah dari Jember itu.
Namun, Gus Muhlis, panggilan akrabnya, meminta agar kajian sejarah
mengenai Buju’ Mellas diperdalam lagi, khususnya mengenai info, bahwa
sang Buju’ hijrah ke Jember demi menghindar dari salah satu pembesar
keraton yang bermaksud merebutnya dari sang suami.
“Ini penting.
Karena dikhawatirkan menjadi fitnah. Info itu perlu dikaji lagi. Jangan
sampai dianggap benar secara mutlak. Karena berkaitan dengan nama baik
sesepuh keraton juga, yang banyak dikenal sebagai sosok yang alim di
bidang agama,”imbuhnya.
Senada dengan Muhlis, RP. Zainal Abidin
Amir, salah satu anggota keluarga keraton mengaku penasaran dengan info
tersebut. Ia meminta agar info itu diperjelas. “Saya tertarik
dengan siapa pembesar keraton yang membuat isteri Kiai Abdul Akhir
sampai lari keluar dari Sumenep. Bejat sekali kelakuannya jika benar
kisah itu. Jika tidak benar, secepatnya diluruskan,”pinta Gus Zainal.
Seperti yang ramai diberitakan melalui beberapa media yang dishare ke
medsos, Buju’ Mellas konon meninggalkan suami dan keluarganya karena
akan direbut oleh satu pangeran atau pembesar di keraton Sumenep. Dari
banyak pemberitaan itu, info tersebut berasal dari salah satu tokoh di
Arongan, Ganding. ( M Farhan M, Esha )