Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 23-08-2017
  • 949 Kali

Tim Penemu Makam Buju’ Mellas Jember, Kunjungi Sumenep

Media Center, Rabu ( 23/08 ) Berita tentang ditemukannya pasarean Buju’ Mellas yang diidentifikasi sebagai isteri Kiai Abdul Akhir, Arongan, Ganding, Sumenep; di Kabupaten Jember menghebohkan dunia sejarah di daerah tapal kuda.

Pasalnya, sosok perempuan keramat tersebut merupakan ibu yang melahirkan tokoh leluhur sebagian besar para kiai atau ulama di Madura dan Jawa Timur. Namun, yang menjadi pertanyaan besar saat ini ialah, mengenai asal-usul Buju’ Mellas tersebut.

Untuk sementara, menurut Tim penemu makam, didapat informasi bahwa Buju’ Mellas bernama asli Fathimah. Namun, karena tidak didukung data otentik, akhirnya sebagian anggota tim yang Selasa kemarin (22/08) diwakili K. Muhammad Ali Muqit dan Kiai Ahmad Mundzir, napak tilas ke Sumenep.

“Ini penting kami rasa. Paling tidak ada kejelasan, apakah ada data otentik mengenai asal-usul beliau atau tidak,”kata Lora Ali, panggilan K. Ali Muqit pada Media Center.

Dari hasil investigasi Ra Ali, tim awalnya menuju pasarean Buju’ Korse di Ketawang, Ganding. Karena ada riwayat yang mengatakan Buju’ Mellas adalah anak Buju’ Korse. Namun di sekitar pasarean, informasi yang didapat nihil. Akhirnya tim menuju pasarean Kiai Abdul Akhir di Arongan. “Nah, dari sana petunjuk mulai jelas. Buju’ Korse justru besannya Kiai Abdul Akhir. Jadi jelas bukan orang tua Buju’ Mellas,”tambah Ra Ali.

Setelah melalui beberapa kunjungan, akhirnya didapat data tertulis, bahwa Nyai Abdul Akhir itu adalah putri Pangeran Bugis. Data yang bersumber dari salah satu anggota keluarga Ponpes An-Nuqayah Guluk-guluk itu menyebut, bahwa Pangeran Bugis merupakan keturunan langsung Tumenggung Kanduruhan, salah satu Adipati Sumenep. Kanduruhan merupakan salah satu putra Raden Fatah, Sultan Demak.

“Alhamdulillah, untuk sementara info yang kami butuhkan cukup. Nanti mungkin bisa dikaji lebih dalam lagi, sambil lalu terus menggali data. Khususnya mengenai informasi bahwa beliau (Buju’ Mellas; red) memiliki hubungan nasab dengan Sayyid Yusuf al-Anggawi di Talango,”kata Ra Ali dan Ra Ahmad, panggilan K. Ahmad Mundzir.

Kedua cucu KH. Abdul Aziz bin Abdul Hamid Itsbat, pendiri Ponpes Tempurejo, Jember ini juga mengunjungi situs-situs bersejarah di Sumenep dan bertabayyun dengan keluarga keraton dinasti terakhir. Rombongan keduanya bertolak ke Jember pada malam harinya (malam Rabu; red).

Terpisah, RB. Muhlis, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep mengapresiasi Tim Penelusur Sejarah dari Jember itu. Namun, Gus Muhlis, panggilan akrabnya, meminta agar kajian sejarah mengenai Buju’ Mellas diperdalam lagi, khususnya mengenai info, bahwa sang Buju’ hijrah ke Jember demi menghindar dari salah satu pembesar keraton yang bermaksud merebutnya dari sang suami.

“Ini penting. Karena dikhawatirkan menjadi fitnah. Info itu perlu dikaji lagi. Jangan sampai dianggap benar secara mutlak. Karena berkaitan dengan nama baik sesepuh keraton juga, yang banyak dikenal sebagai sosok yang alim di bidang agama,”imbuhnya.

Senada dengan Muhlis, RP. Zainal Abidin Amir, salah satu anggota keluarga keraton mengaku penasaran dengan info tersebut. Ia meminta agar info itu diperjelas. “Saya tertarik dengan siapa pembesar keraton yang membuat isteri Kiai Abdul Akhir sampai lari keluar dari Sumenep. Bejat sekali kelakuannya jika benar kisah itu. Jika tidak benar, secepatnya diluruskan,”pinta Gus Zainal.

Seperti yang ramai diberitakan melalui beberapa media yang dishare ke medsos, Buju’ Mellas konon meninggalkan suami dan keluarganya karena akan direbut oleh satu pangeran atau pembesar di keraton Sumenep. Dari banyak pemberitaan itu, info tersebut berasal dari salah satu tokoh di Arongan, Ganding. ( M Farhan M, Esha )