News Room, Kamis ( 14/06 ) Melalui industri batik dengan terus melakukan kreatif diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat khsusunya para pembatik di Sumenep, yang memang memiliki ciri khas dan citra Madura. Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep, Drs. H. Moh. Saleh, M.Si pada acara Dialog Kebijakan, Produksi Batik Ramah Lingkungan di Madura, Kamis (14/06) di Hotel Utami Sumenep. Menurutnya, ciri khas batik Sumenep sendiri, yakni kraton, yang memiliki motif lemah lembut. “Bahkan, batik Madura khsususnya dari Sumenep tidak hanya dikenal di Indoensia, namun dunia internasionalpun mengakui batik Madura dengan ciri khas yang berbeda dari batik di daerah lain,”ujarnya. Karena itu, pihaknya berharap semua komponen yang ada untuk bersinergi dalam mengembangkan batik Sumenep. Bahkan, kepada para pengusaha dan pengrajin batik agar kompak serta tetap bersaing sehat dalam usahanya. sebab, jika tidak maka akan merugikan dan menghilangkan citra batik Madura itu sendiri. Sementara Direktur Clean Batik Initiative (CBI), Risma mengaku, pihaknya memiliki program untuk terus mendukung cipta batik di Indonesia. Sebab, batik Indonesia memang sudah mendapat pengakuan dari Unesco. Karena itu, pihaknya melaksanakan program dan sosialisasi terhadap sejumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada. Yakni sekitar 400 UKM yang dikhususkan untuk 6 Propinsi di Indonesia, yakni di DKI Jokyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Batam. Bahkan, di Sumenep sendiri sudah ada 3 jenis bahan membatik dari tumbuhan yang ramah lingkungan, sehingga tidak mencemari lingkungan dengan limbah industri. “Untuk di Madura sendiri, kami sudah lakukan sosialisasi sejak April lalu terhadap sejumlah UKM yang ada di Sumenep,”ungkapnya. Sedangkan Pimpinan Sanggar Batik Arah Naga Tresna, Turmidzi berharap batik Sumenep kedepan memiliki nilai tawar yang bagus. Karena itu, perlu terus mengikuti perkembangan dengan mengembangkan kreaatifitasnya. Sebab, menurut Turmidzi, selama ini produksi batik Madura masih kental dengan pakem dari leluhur. “Ini semua perlu upaya untuk merubah mainset masyarakat dari bekerja menjadi berkarya, sehingga batik Sumenep akan lebih memiliki nilai tawar,”ujarnya. Pihaknya juga berharap semua Dinas terkait di Kabupaten Sumenep dapat merumuskan sejumlah program yang konkrit. Bagaimana mengembangkan produksi batik sejak proses hingga pengembangannya, sehingga nantinya akan mampu meningkatkan ekonomi kreatif melalui potensi batik Sumenep. ( Ren, Esha )