Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 14-12-2023
  • 1118 Kali

Dinkes P2KB Mencatat Jumlah Bayi Lahir Hidup Hingga Oktober 2023 Sebanyak 12.068

Media Center, Kamis ( 14/12 ) Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mencatat jumlah bayi lahir hidup hingga Oktober 2023, sebanyak 12.068 bayi.

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinkes P2KB Kabupaten Sumenep Ellya Fardasah, mengatakan, saat ini bayi baru lahir wajib dilakukan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) untuk mendeteksi apakah terjadi penurunan atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid yang didapat sejak bayi baru lahir.

“Teknik pengambilan sampel darah yang digunakan adalah melalui tumit bayi (heel prick). Teknik ini adalah cara yang sangat dianjurkan dan paling banyak dilakukan diseluruh dunia. Darah yang keluar diteteskan pada kertas saring khusus sampai bulatan kertas penuh terisi darah, kemudian setelah kering dikirim ke laboratorium SHK di RS dr Soetomo Surabaya,” ujarnya.

Skreening Hipotiroid Kongenital ini dilaksanakan berdasarkan Permenkes no 78 Tahun 2014 tentang Skreening Hipotiroid kongenital, SE nomor 02.02/II/3398/2022 tentang kewajiban pelaksanaan SHK dan Kepmenkes HK 01-07 MENKES 1511-2023 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan SHK. Untuk Kabupaten Sumenep pelaksanaan SHK mulai pertanggal 1 September 2023.

Hipotiroid kongenital adalah keadaan menurun atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid yang didapat sejak bayi baru lahir. Hal ini terjadi karena kelainan anatomi atau gangguan metabolisme pembentukan hormon tiroid atau defisiensi iodium  Kekurangan hormon tiroid pada bayi dan masa awal kehidupan, bisa mengakibatkan retardasi mental (keterbelakangan mental) dan hambatan pertumbuhan (pendek/stunting). 

Sejak 1 Sepember 2023 sampai saat ini bayi baru lahir yang sudah dilakukan pengambilan sampel darah untuk pelaksanaan SHK, kata  Ellya Fardasah sebanyak 1078 bayi, yang sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium di RSUD dr. Soetomo Surabaya sebanyak 1024 bayi.

Dengan hasil negatif sebanyak 1023 bayi dan hasil TSH tinggi ada 1 bayi dari Kecamatan V yang sekarang sudah dirujuk ke RSUD Dr. H Moh. Anwar Sumenep untuk pemeriksaan lebih lanjut.

“Sedangkan 1022 bayi sampai dengan saat ini hidup sehat dan tidak ada keluhan kecuali  laporan dari Kecamatan Batang-Batang, yakni 1 (satu) bayi meninggal 61 jam pasca dilakukan pengambilan sampel darah SHK,” tuturnya.

Kematian bayi di Kecamatan Batang-batang pada usia 6 hari itu saat perjalanan dirujuk dari RSI Garam Kalianget ke RSUD Sampang. Dalam hal ini pihak keluarga menyalahkan pengambilan sampel darah SHK (Skrining hipotiroid kongenital) yang menyebabkan bayi sakit dan kemudian meninggal.

Menanggapi hal ini, Dinkes P2KB Kabupaten Sumenep melakukan AMP (Audit Maternal Perinatal) di Puskesmas Batang-Batang itu. Kemudian koordinasi bersama Puskesmas setempat dengan Forpimcam dan Kepala Desa untuk melakukan silaturahmi dan klarifikasi mengenai penyebab kematian bayi tersebut. 

“Dinas Kesehatan Sumenep juga melakukan AMP bersama tim AMP Kabupaten Sumenep dan tim AMP Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur,” paparnya.

Bahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep telah membentuk satuan petugas khusus independen yang diinisiasi oleh Achmad Fauzi Wongsojudo, Bupati Sumenep, melakukan audit dan penelusuran terkait kematian bayi tersebut. 

Tim Satuan Petugas Khusus independen ini terdiri dari, 5 unsur profesi medis dan lintas sektor, yaitu Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumenep, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Sumenep, Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium (PALTEKI) Sumenep, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumenep, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumenep, Forpimcam, Kepala Desa, Tokoh masyarakat dan tokoh agama, serta Civitas Akademi dari Universitas Wiraraja.

“IDAI, IDI, IBI, PPNI dan PALTEKI memberi kesimpulan bahwa pelaksanaan SHK yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sudah sesuai dengan Standart Operasional Prosedur,” tandasnya.

Ia memastikan, untuk penyebab kematian bayi di Kecamatan Batang-Batang itu tidak berhubungan dengan pengambilan sample darah untuk pelaksanaan SHK.

“Ke depannya, para tenaga medis harus memberikan edukasi dan konseling yang lebih komunikatif kepada keluarga bayi yang akan dilakukan pengambilan sampel untuk pelaksanaan SHK,” terangnya.

Ellya Fardasah juga mengungkapkan bahwa kematian bayi baru lahir atau 61 jam pasca dilakukan pengambilan sampel darah SHK, baru 1 laporan yang di Puskesmas Batang-batang.

Jumlah bayi yang lahir hidup mulai bulan September sampai dengan November 2023 sebanyak 107 bayi, dan yang lahir normal di  Puskesmas Batang-batang sebanyak 42 bayi. Yakni 35 bayi diantaranya sudah di lakukan pengambilan sampel darah SHK. 

“Dari 35 bayi yang dilakukan pengambilan sampel darah SHK ditemukan 1 bayi meninggal 61 jam pasca dilakukan pengambilan sampel darah SHK,” pungkasnya. ( Nita, Fer )