Media Center, Kamis ( 03/08 ) Naiknya harga garam yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir sepertinya tidak terlihat berdampak kepada masyarakat, khususnya para petani garam rakyat yang ada di Desa Pinggirpapas Kecamatan Kalianget. Sebab, ditengah naiknya harga garam, masyarakat justru tidak banyak yang bisa menjual hasil panen garamnya.
Kepala Desa Pinggirpapas, Abdul Hayat kepada Media Center, Kamis (03/08) mengungkapkan, masyarakat petani garam, khsususnya di Desanya tidak banyak yang menuai hasil dari kenaikan harga garam tahun ini.
“Meskipun harga garam naik, namun petani tidak banyak yang merasakan manisnya kenaikan harga garam. Kalaupun ada tidak seberapa yang bisa mendapatkan hasil dari penjualan garam saat ini,”ungkapnya.
Hal tersebut diakui Kepala Desa yang juga Sekretaris Asosiasi Kepala Desa (AKD) Sumenep ini, jika kenaikan harga garam terjadi ketika petani sudah tidak memiliki stok garam. Karena, sebelumnya memang musim tidak menentu.
Bahkan, jika ada yang kebetulan menyimpan garam dan dijual saat ini, itupun tidak banyak. Karena rata-rata petani langsung menjual hasil panen garamnya kepada pengepul. Jadi, hanya beberapa pengepul yang kebetulan memiliki simpanan garam bisa untung berlipat-lipat.
“Bahkan, saat ini para petani garam banyak mengambil jalan pintas dengan panen lebih awal, sehingga kualitas garamnya tidak bagus dan harganyapun relatif rendah,” tandasnya.
Sementara, salah satu penyebab mahalnya harga garam karena terjadinya kelangkaan garam di Kabupaten Sumenep, dan wilayah penghasil garam di Madura akibat gagal panen garam tahun 2016, dampak cuaca buruk, sehingga kehabisan persediaan garam.
Sekedar diketahui saat ini kualitas harga garam nomor 1 mencapai Rp 3,5 juta per-ton dan garam kualitas nomor 2 dijual seharga Rp 3 juta per-ton. ( Ren, Esha )