News Room, Kamis ( 13/01 ) Berbagai kegiatan pembangunan yang dilaksanakan melalui program Propinsi Jawa Timur, yang langsung masuk ke sejumlah Desa dan Kecamatan di Kabupaten Sumenep, ternyata terindikasi banyak dimanfaatkna oknum yang tidak bertanggung jawab. Modusnya, oknum tersebut melakukan loby-loby ke sejumlah aparat Desa untuk meloloskan Desanya sebagai penerima program bernilai per-paket sebesar Rp. 95 juta tersebut, dengan tebusan sejumlah uang sebagai pelicin. Hal tersebut diungkapkan aktifis LSM Gerindo, Syarkawi kepada sejumlah wartawan tadi siang, Kamis (13/01). Menurutnya, dalam temuannya di sejumlah lokasi Desa penerima program Jaring Sosial Masyarakat (Jasmas) mengeluhkan adanya dana pancingan untuk mendapatkan program tersebut. “Jadi, bagi Desa yang betul-betul layak untuk mendapat program, namun ketika Kades tidak bisa membayar terlebih dahulu uang jasanya, tidak akan merasakan program Jasmas itu,”ujar Syarkawi. Bahkan, dalam melakukan aksinya, sejumlah oknum yang mengaku delegasi dari salah satu pengurus Partai Politik di Jawa Timur itu, dilakukan terang-terangan kepada sejumlah Kepala Desa yang menginginkan Desanya mendapat program Jasmas. Syarkawi mengaku sudah melakukan komunikasi dengan pengurus Partai Politik yang juga anggota DPRD Sumenep asal Dapil Madura, dan mempersilahkan bertanya langsung kepada orang yang bersangkutan dibawah. Dan sepertinya, menganggap wajar apa yang dilakukan oknum tersebut selama kegiatannnya dapat dilaksanakan sesuai RAP yang ada. Jelas upaya seperti itu sudah menodai program Jasmas yang digalakkan Gubernur Jawa Timur, untuk melaksanakan program berdasarkan jaring aspirasi masyarakat,”tambahknya. Sebab, melalui Jasmas betul-betul memberikan program kegiatan kepada Desa untuk melaksanakan pembangunan berdasarkan jaring aspirasi dari masyarakat, bukan malah dijadikan ajang menjaring jasa suap dari masyarakat. Syarkawi berjanji, dengan bukti-bukti yang dikantonginya akan melaporkan ke instansi terkait di Jawa Timur, sehingga kedepan diharapkan program Jasmas tidak dijadikan ajang pemerasan dan pembodohan kepada masyarakat. ( Ren, Esha )