News Room, Sabtu ( 01/03 ) Kabupaten Sumenep memiliki perhatian serius dalam mengembangkan wisata, karena Kabupaten paling timur di Madura ini mempunyai banyak lokasi wisata, baik wisata alam, dan wisata religi yang terus diupayakan menjadi wisata yang bernuansa Islami. Bahkan, di sejumlah lokasi wisata yang ada di Sumenep, nantinya akan digarap menjadi Wisata Syariah. Hal tersebut terungkap saat ada kepastian dan semangat pihak Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) yang telah melakukan menanda tanganan nota kesepahaman (MoU) dengan Bupati atas nama Pemerintah Kabupaten Sumenep, Jumat (28/03) kemarin di Surabaya. Bupati Sumenep, KH. A. Busyro Karim, M.Si kepada wartawan, Sabtu pagi (01/03) melalui telepon selulernya mengungkapkan, sesuai rencana, lokasi wisata yang akan menjadi tujuan wisatawan manca negara, yakni Pulau Giliyang yang dikenal dengan pulau yang oksigennya terbaik kedua di dunia, serta lokasi religi yang selama ini sudah banyak dikunjungi wisatawan luar daerah. “Beberapa lokasi yang selama ini menjadi obyek wsata religi, seperti halnya Masjid Agung, Asta Tinggi, Asta Sayyid Yusuf di Pulau Talango, serta lokasi wisata lainnya, Pantai Lombang, Badur, dan Slopeng juga akan dikemas menjadi lokasi Wisata Syari’ah, ”ungkapnya. Bahkan, konsep Wisata Syariah yang bakal diterapkan di wilayah Madura, mirip seperti yang telah dijalanlan di negara Thailand dan Singapura. Karena itu tegas Bupati, rencana pengembangan wisata menuju Wisata Syariah perlu pembangunan dari semua sektor, salah satunya infrastruktur yang perlu terus digenjot. Meskipun diakui, jika di tahun 2014 ini, tidak mungkin semuanya ter-cover, karena anggarannya jauh dibawah Rp. 100 milyar. Namun, di tahun 2015, jika sudah ada aturan dari Presiden, untuk Madura dianggarkan sebesar Rp. 1 trilyun. Dan apabila dibagi 4 Kabupaten di Madura, maka per-Kabupaten cukup besar. Hanya saja, untuk saat ini pihaknya tidak ingin menggembar-gemborkan soal wisata yang ada. Namun, bukan berarti tidak melakukan promosi untuk mendatangkan wisatawan manca negara. “Yang perlu dijaga, takut terjadi kontra-produktif. Makanya, pembenahan pembangunan difokuskan pada infrastruktur terlebih dahulu,”tambahnya. ( Ren, Esha )