Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 13-05-2011
  • 471 Kali

Mariyam, Hampir Setengah Abad Mencari Tiram

News Room, Jum’at (13/05) Mencari tiram, kerang dan segala macam binatang dan barang yang berharga dilaut merupakan rutinitas seorang nenek bernama Mariyam. Perempuan berusia sekitar hampir 80 an ini sehari-hari pekerjaan tetapnya memang mencari tiram disekitar pinggiran pantai yang berbatu di seputar pantai selatan dan utara Desa Kalianget Timur. Mencari tiram dan sejenisnya sudah ditekuni Mariyam sejak 40-an tahun silam. Dari cerita Mariyam yang ditemui News Room sesaaat sebelum turun kebibir pantai dekat Gedung Rakyat (Gerak), mengaku menjalani pencaharian di laut karena tidak memiliki keterampilan maupun pekerjaan lain yang bisa mendatangkan penghasilan. “Puluhan tahun saya mencari tiram dan kerang di sini hanya untuk bertahan hidup dengan seadanya,”ungkapnya. Sebenarnya menurut Mariyam hidupnya ketika masih bersama suami dan dua putranya di perantauan sudah cukup bahagia. Namun, badai yang melanda rumah tangganya, suami yang dicintainya menghilang entah kemana, membuatnya harus pontang-panting menghidupi anaknya. Meskipun diakui saat ini anaknya hanya bekerja serabutan di pelabuhan dan sudah berkeluarga dan punya anak. Namun rupanya keadaannya juga tidak jauh berbeda dengannya. Bahkan anak yang satu lagi bekerja sebagai tukang becak yang penghasilannya tidak menentu. Ia terpaksa menjalani sisa-sisa hidupnya dengan rutinitas mencari kerang dan tiram dilaut. Padahal, dari hasil penjualan tiram dalam semangkok kecil hanya sekitar Rp. 5.000,00 yang dijual ketetangga. Sedangkan, paling banyak dalam sehari mencari tiram hanya 2 mangkok, berarti paling banyak penghasilannya sekitar Rp.10.000,00. Namun, menurut Mariyam, tidak setiap hari dirinya mencari kerang, itu hanya dilakukan ketika air laut surut. Sebab, pada saat air pasang, tempat kerang dan tiram tertutup air. Mariyam berharap, program bantuan seperti BLT yang dulu pernah diterima sedikit mengurangi beban dirinya, ditengah-tengah semakin telihnya tubuh keriputnya. “Mudah-mudahan para pejabat memikirkan nasib kami yang harus banting tulang sekuat tenaga untuk sesuap nasi,”pungkasnya sambil beranjak untuk beraktifitas karena mentasi sudah semakin menyengat. ( Ren, Esha )