Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 13-06-2022
  • 2376 Kali

Mengurai Misteri Selo Petak, Makam Keramat di Paberasan (1)

Media Center, Senin (13/06) Sebuah makam di kawasan Desa Paberasan, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, menyimpan jejak sejarah. Menurut keyakinan warga setempat, makam tersebut merupakan makam Pangeran Batuputih, pahlawan Sumenep yang gugur saat mempertahankan wilayah Madura Timur dari serangan pasukan Bali pada abad 16 Masehi.

"Sudah sejak lama, dikenalnya sebagai makam Pangeran Topote atau Pangeran Batuputih," kata K. Basir, salah satu warga Paberasan pada Media Center, Ahad (12/06/2022).

Makam tersebut memiliki cungkup atau bangunan beratap. Dilihat dari model bangunan, cungkup maupun kijing makam sudah bergaya masa kini. Kijingnya bahkan sudah dibalut keramik. Di sisi kanan dan kiri cungkup terdapat dua pohon besar, pohon Nangger dan pohon Beringin. Khusus pohon Nangger diperkirakan sudah berumur ratusan tahun.

Menurut penuturan warga sekitar, sebelum dikenal sebagai makam Pangeran Batuputih, makam ini dikenal dengan nama makam Selo Petak. Sebuah nama berbau Jawa.

"Dari asal kata Selo dan Petak. Selo bermakna batu, sedangkan Petak bermakna putih. Kalau digabung menjadi Batu Putih," kata R. H. Chandra, Kepala BPS Sumenep yang kebetulan bersama Media Center menjelajah situs yang sudah hilang tersebut.

Bersama dua fotografer handal, Moh. Badri Zamzami, Fadilah (Dela), dan pilot drone Panji Satria, Media Center menyisir kawasan sekitar cungkup. Tak ketinggalan juga kru Komunitas Ngopi Sejarah (Ngoser) Ja'far Shadiq.

Sekitar 10 meter di timur cungkup, warga menunjukkan dua makam kuna, yang disebut sebagai makam tentara Bali. Dari petunjuk nisan, kedua malam tersebut diperkirakan bercorak khas nisan Gresik.

"Dari hasil diskusi dengan ahli nisan, nisan ini diperkirakan model era Sunan Giri II dan III," kata Ja'far. Nisan tersebut juga menjadi simbol jabatan dalam hirarki politik di Giri.

"Terdapat kontradiksi antara keterangan warga tentang kaitannya dengan tentara Bali dan bukti fisik nisan yang justru bergaya Jawa," tambah Ja'far.

Kembali ke makam Pangeran Batuputih, di hari-hari tertentu, makam ini diziarahi beberapa kalangan. Baik masyarakat biasa, kiai-kiai, dan sesepuh bangsawan di Sumenep. Makam ini juga menjadi bagian dari prosesi akhir upacara Nyadar di Sumenep.

"Biasanya dari Pinggirpapas dan Saronggi, saat pelaksanaan Nyadar. Ke makam tentara Bali dan juga ke Pangeran Batuputih ini," kata K. Basir.

(Han)