News Room, Jum’at ( 03/12 ) Meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Sumenep dalam beberapa tahun ini, sejak tahun 2002 hingga tahun 2010 ini jumlah penderita mencapai 28 orang. Bahkan, meningkat signifikan pada 2 tahun terakhir, membuat kegelisahan tersendiri di masyarakat. Sebab, penyakit yang mematikan ini, dikhawatirkan akan semakin berkembang ditengah-tengah masyarakat, jika tidak segera dilakukan upaya antisipasi awal, agar penyakit yang menakutkan ini sampai menular kepada orang-orang terdekat dengan penderita positif HIV/AIDS. Salah satunya yang diakui Ketua Komis D DPRD Sumenep, H. Subaidi yang mengaku sempat gelisah ketika mendengar di Kabupaten Sumenep ternyata cukup banyak yang terinfeksi HIV/AIDS, sehingga pihaknya termotivasi untuk memberikan pemikirannya terhadap instansi terkait yang menangani persoalan tersebut. “Kami inginkan semua instansi terkait bisa saling bekerjasama, memberikan data dan masukan yang jelas, bagaimana mencegah dan penanggulangan terhadap penyakit HIV/AIDS ini,”ujarnya. Dijelaskan, yang paling punya andil terhadap masalah HIV/AIDS, yakni Dinas Kesehatan serta Rumah Sakit hingga Puskesmas yang ada di seluruh Kecamatan di Sumenep, serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang ternyata memiliki keterkaitan, karena mayoritas korbannya adalah Tenaga Kerja Indoenesia (TKI) asal Sumenep yang lama bekerja di luar negeri dan sebagainya. Jadi, faktor kecendrungan para korban yang ternyata TKI itu, harus betul-betul konkrit dimiliki semua Dinas terkait, sehingga dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit hingga Puskemas bisa memberikan pelayanan kesehatan sebaik-baiknya kepada yang bersangkutan, maupun masyarakat yang biasanya ketakutan ketika mendengar di tempatnya ada orang terjangkit virus mematian itu. Sementara Dinas tenaga kerja juga dapat mendeteksi para TKI, meskipun para TKI ini berangkat secara ilegal maupun berangkat dari daerah lain, namun dia orang Sumenep, yang ketika pulang membawa penyakit itu ke Sumenep. sangat penting untuk diinventarisir. Dan perlu dilakukan pengobatan khusus di rumah sakit yang menampung penderita HIV/AIDS. Sebab, dikhawatirkan jika tidak diketahui oleh masyarakat setempat, kemudian membaur tanpa bisa terdeteksi yang berdampak penularannya kepada orang-orang yang biasa berkumpul dengan penderita. Karena itu, H. Subaidi berharap kepada masyarakat yang ingin menjadi TKI keluar negeri, hendaknya secara legal, sehingga identitas, keselamatan maupun kesehatannya dapat diinventarisir dengan baik. ( Ren, Esha )