Media Center, Rabu (09/10) Alat tanam jagung menjadi perlengkapan pertanian yang penting dan sangat membantu dalam proses budi daya tanaman jagung.
Dahulu, menanam jagung dilakukan secara manual. Petani jagung hanya berbekal tugal dari kayu atau bambu untuk membuat lubang tanam, kemudian meletakan biji jagung satu per satu, dan menutup lubang tanam dengan tanah secara manual.
Pada kesempatan tersebut, BPP Kecamatan Lenteng didampingi Pjs Pasiter Kodim 0827/Sumenep Kapten Arm Imam Wahyudi, memberikan penyuluhan Corn Seed Planter kepada Babinsa Jajaran Kodim 0827/Sumenep, Rabu (09/10/2022).
Penyuluhan yang bertempat di Makoramil 0827/05 Lenteng dihadiri perwakilan Babinsa penanggung jawab Lenteng, Ganding serta Rubaru.
Perlu diketahui, corn seed planter merupakan alat tanam jagung yang memiliki cara kerja sederhana karena hanya didorong tanpa memerlukan tenaga mesin. Namun, jarak tanam dan jumlah benih perlu diatur terlebih dahulu sesuai kebutuhan.
Biasanya, jarak tanam jagung sekitar 70 x 30 cm atau 80 x 40 x 20 cm untuk sistem tanam jajar legowo. Sedangkan jumlah biji per lubang biasanya hanya satu. Namun, saat kondisi hujan belum terlalu sering, jumlah biji yang ditanam bisa mencapai dua buah biji dalam satu lubang tanam.
Selanjutnya, corn seed planter diatur sedemikian rupa agar bisa mengikuti sistem tanam yang sebelumnya sudah dibuat. Setelah itu, proses penanaman bisa dibantu dengan alat ini sehingga bisa lebih cepat.
Pjs Pasiter Kapten Arm Imam Wahyudi mengatakan, tujuan pengenalan alat tersebut sebagai pembekalan terhadap para Babinsa untuk menanam jagung dengan mudah, dibekali teknik tanam modern dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan di wilayah Kodim 0827/Sumenep.
"Diharapkan nantinya para Babinsa akan menyosialisasikan kepada petani, sekaligus terjun ke lapangan mempraktekkan penggunaan corn seed planter," ujar Imam.
Menurut Kapten Imam, dalam teknik penanaman jagung menggunakan alat corn seed planter, harus dipastikan kondisi lahan sudah bersih dari batu atau gulma, dan dalam kondisi kering atau sesuai dengan spesifikasi alat.
"Ini sebagai bekal untuk para Babinsa tentang teknik tanam jagung secara modern, dan ini sangat mudah, tidak ribet," ungkapnya.
Di era modern saat ini, ungkap Imam, cara tanam tradisional atau manual sudah tidak efektif dan tidak efisien. Kecepatan menanam jagung turut mempengaruhi produk komoditas tersebut. Diharapkan dengan menanam menggunakan mesin atau alat tanam modern, maka luasan lahan yang bisa ditanami menjadi lebih lebar.
"Menanam jagung dengan alat modern jauh lebih menghemat biaya produksi. Semakin rendah biaya produksi yang dikeluarkan, harapannya keuntungan yang petani dapat bisa lebih besar," imbuhnya.
(Miko, Han)