Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 27-10-2017
  • 516 Kali

Tantangan Kiai Dan Pesantren Semakin Berat Dalam Merawat NKRI

Media Center, Jum’at ( 27/10 ) Peran Kiai dan Pesantren semakin berat terutama tantangan terbesar merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari dalam Negeri sendiri.

"Gerakan radikalisme dan terorisme yang  semakin tumbuh subur, terutama di kalangan generasi muda, berpotensi menjadi bom waktu di masa mendatang" tegas Bupati Sumenep Dr. KH. A. Busyro Karim, M.Si saat menghadiri Halaqah Kebangsaan dengan tema "Peran Kiai dan Pesantren Menjaga NKRI", Jumat (27/10) di Pondok Pesantren Al-Usymuni Pandian Sumenep.

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), pelaku terorisme terbanyak usia 21-30 tahun sebanyak 47,3 persen, usia 31-40 tahun sebanyak 29,1 persen. Sedangkan diatas dan dibawah usia tersebut masing-masing 11,8 persen.

Bupati  yang juga Ketua DPC PKB Sumenep menyatakan, radikalisme merupakan musuh terbesar bagi  bangsa dan keutuhan NKRI, hal tersebut berkaca kepada banyak negara timur tengah yang porak-poranda akibat masalah radikalisme dalam kurun waktu beberapa tahun saja.

“Semangat ijtihad kebangsaan telah terpolarisasi dalam berbagai kepentingan, baik politik, ekonomi, sosial dan budaya. Polarisasi kepentingan inilah yang bisa mengakibatkan lemahnya kekuatan Kiai dan pesantren dalam menjaga NKRI.”tegasnya.

Bupati menyatakan, arus informasi dan teknologi digital yang sudah masuk ke ranah privat melalui informasi dari dunia internasional yang dikendalikan oleh kapitalisme global dengan berpandangan hidup liberal, pasti mempengaruhi cara berfikir, sikap dan tindakan masyarakat negeri ini.

Karena itu, Kiai dan Pesantren setidaknya harus tetap istiqamah menjadi bagian dari sejarah bangsa secara kultural, Kiai harus tetap menjadi penjaga nilai-nilai dan moralitas bangsa dengan terus menghidupkan lembaga pesantren.

“Di sisi lain, secara struktural para Kiai juga bisa berperan sebagai pemain utama di berbagai dimensi, baik politik, sosial, ekonomi, dengan tetap mengusung misi jihad kebangsaan.”imbuhnya.

Bupati juga berharap, Pondok Pesantren dan lembaga pendidikan agama lainnya, tidak hanya sebagai wadah pencetak generasi muslim ber-akhlaqul karimah saja, tetapi juga harus inovatif mengimbangi perkembangan masa kini.

“Karena arus perubahan masa kini ditentukan kapasitas daya saing Sumber Daya Manusia, sehingga diharapkan sistem pendidikan di Pondok Pesantren harus terus dikembangkan secara profesional tanpa meninggalkan nilai kulturalnya.”pungkasnya. ( Yasik, Esha )