Media Center, Rabu ( 16/11 ) Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, Agus Dwi Saputra, S.Sos, M.Si, melalui Sekretaris Dinasnya, Sunaryanto, S.STP, M.Si menyampaikan terima kasih pada Tim Inovasi dan Tim Fasilitator Daerah (Fasda) Monitoring dan Evaluasi (Monev) Gerakan Literasi Baca, Tulis dan Hitung (Gisibalistung) yang telah melakukan Monitoring Diseminasi Literasi dan Review Kelas Literat di Kabupaten setempat.
“Kami berharap, hasil dari Monev Gisibalistung yang sudah dilakukan tersebut dapat dijadikan sebuah referensi, dalam pelaksanaan kebijakan bidang pendidikan di Kabupaten Sumenep,” ujar Sunaryanto, S.SPT, M.Si, pada Pembukaan Paparan Hasil Monitoring Diseminasi Literasi dan Review Kelas Literat, di Ruang Pertemuan Gugus Desa Pandian Kecamatan Kota Sumenep, Rabu (16/11/2022).
Diakui, berbagai kebijakan dari Kementerian Pendidikan khususnya yang baru dilaksanakan, terkait Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), ada istilah Merdeka Belajar kemudian ada Raport Pendidikan, ternyata yang awalnya banyak mengira menyulitkan, namun dalam pelaksanaannya benar-benar sesuatu yang bagus.
Ketika hasilnya dimunculkan seperti dilakukan di Kecamatan Ganding, ternyata ketahuan dari raport pendidikan tersebut sekolah yang sudah memenuhi standart, dan hasilnya tidak mengada-ada. Memang bagus sekolah yang selama ini melaksanakan berbagai program pendidikan dengan baik dan memiliki banyak prestasi. Hingga banyak berwarna hijau dan mulai menuju warna biru dan sebagainya.
“Karenanya dengan adanya Tim Monev Gisibalistung untuk bisa mengambil praktik, baik yang sudah dilaksanakan dapat diterapkan dengan kolaborasi antara pengawas, kepala sekolah serta guru di sekolah,” tandasnya.
Diharapkan pula, dari hasil penyampaian Tim Inovasi dan Tim Monev Gisibalistung tentunya Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep dapat mengetahui hasil yang sudah dilakukan selama ini.
Ke depan diharapkan pula adanya keharmonisan semua unsur pendidikan dan kepala sekolah tidak segan-segan untuk konsultasi dengan pengawasnya, sehingga semua sekolah di Kabupaten Sumenep bisa mencapai dan memenuhi kriteria standar.
Sementara Cahyadi Widi Wahyono (District Education Quality Improve yang merupakan program dari Australia -Indonesia) yang juga Fasilitator Inovasi Kabupaten Sumenep, menjelaskan, Inovasi mulai melaksanakan kegiatan di Jawa Timur sejak 2018, kemudian berproses melaksanakan kegiatan di Sumenep yang merupakan Kabupaten pertama melakukan diseminasi dan sudah mengadopsi dari pelatihan literasi 2019. Di 2020 melaksanakan diseminasi lagi, karena ada dua, yakni literasi dan numerasi yang kemudian diadopsi kegiatan Gisibalistung.
“Nah, di 2021 dilakukan diseminasi lagi, bersamaan adanya kurikulum darurat, dengan melaksanakan literasi dan numerasi dengan mempersilahkan masing-masing kecamatan untuk menindaklanjuti dengan monitorng dari kami,” terangnya.
Dan sekarang pihaknya bersama Dinas Pendidikan kembali mengundang beberapa unsur, dari pengawas, kepala sekolah, K3S dan guru. Bahkan, ada fasilitator Gisibalistung dan Tim Monev memaparkan Hasil Monitoring Diseminasi Literasi dan Review Kelas Literat terhadap sekolah-sekolah di dua kecamatan di Kepulauan Sapudi, yakni Kecamatan Gayam dan Nonggunong yang mendapatkan kegiatan melalui APBD.
“Selanjutnya kami mengusulkan bagaimana melakukan pendampingan dan monitoring yang pelaksanaannya didiskusikan bersama pada kegiatan ini,” tandasnya.
Berikutnya, pemaparan Hasil Monitoring Diseminasi Literasi dan Review Kelas Literat Kabupaten Sumenep oleh Tim Monev Gisibalistung yang dikoordinatori Imam Buhari, M.Pd, bersama tiga rekan timnya yang didampingi dari Provincial MERL Inovasi Jawa Timur, Triana Damayanti.
Dari paparannya Imam Buhari mengawali dengan sampel observasi kelas dan wawancara kepala sekolah. Hasilnya dari total guru yang diobservasi sebanyak 12 guru, yakni 9 orang adalah guru perempuan dan 3 guru laki-laki. Sedangkan dari kelas yang diobservasi 10 orang dari guru kelas awal (83%) dan 2 orang (17%) dari kelas atas dengan total kepala sekolah 4 dari 6 sekolah sasaran, semuanya berjenis kelamin laki-laki.
Dari gambaran umum, sebagian besar sekolah menggunakan K-13, yakni sebanyak 11 sekolah dan 1 sekolah menggunakan Kurikulum Merdeka. Sementara 12 guru yang diobservasi menggunakan metode berceramah, 10 guru memberi tugas secara individu dan guru berkeliling.
Di beberapa sekolah sasaran 41% (5 sekolah) terdapat siswa yang mengalami hambatan dalam membaca, hingga sebagian besar 83% (10 kelas) belum terlihat interaksi siswa dengan siswa di semua pembelajaran.
Selanjutnya disusul pemaparan bergiliran mulai dari suasana dalam kelas, sebagian besar pajangan masih hasil prakarya atau SBDP 7 kelas (58%), 8 kelas (67%) guru yang diobservasi menggunakan media pembelajaran, 10 kelas terdapat pojok baca 50% (6 kelas) buku yang dominan adalah buku teks. Dan portofolio hanya tersedia dalam 3 kelas, isinya masih didominasi hasil ujian/penilaian serta pajangan 8 kelas (67%), media 8 kelas (67%), pojok baca 10 kelas (83%), dan portofolio 3 kelas (25%)
Di samping itu, juga dijabarkan dari hasil Literasi, hingga Numerasi dan kepala sekolah sebagai pendorong peningkatan kapasitas guru, macam dukungan, kolaborasi, pelatihan dan pengembangan profesi, Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) dan seterusnya hingga rekomendasi.
Beberapa rekomendasi, di antaranya perlu regulasi di tingkat satuan pendidikan tentang pelaksanaan program literasi dengan merujuk pada Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 13 Tahun 2021 tentang Literasi pada Satuan Pendidikan.
Perlunya dibangun sistem tentang kolaborasi antara Tim Monev Kabupaten, pengawas setempat dengan kepala sekolah beserta guru-gurunya, untuk pelaksanaan literasi-numerasi (Gisibalistung) di tiap satuan pendidikan
Juga perlu penguatan kembali tentang prinsip-prinsip penggunaan pojok baca, pembuatan pajangan dan portofolio, guru didorong untuk menggunakan formatif penilaian membaca dan penilaian awal numerasi, bahkan perlu penguatan kembali tentang pembuatan serta penggunaan media dalam pembelajaran, seperti kartu huruf, kartu kata, big book, kartu bilangan, bingkai 10, garis bilangan dan lain-lain.
“Penyebarluasan praktik-praktik baik menggunakan permainan serta media-media pembelajaran untuk penguatan numerasi maupun literasi,” pungkasnya. ( Ren, Fer )