News Room, Kamis ( 31/12 ) Kepergian mantan Presiden keempat Republik Indonesia, yang juga tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pada Rabu (30/12) malam, tepatnya pukul 18.45 WIB, meninggalkan duka mendalam bagi warga NU. Namun, untuk mengenang jasa-jasa yang telah diberikan Gus Dur bagi bumi pertiwi ini, sejumlah ulama di Sumenep akan mengusulkan beliau sebagai Pahlawan Nasional. Salah seorang pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Karimiyah, Beraji Kecamatan Gapura, Drs. KH. Abuya Busyori Karim, M.Si mengatakan, bahwa Gus Dur selayaknya mendapat gelar Pahlawan Nasional. “Saya rasa wajar-wajar saja, kalau Gus Dur dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Karena, sudah banyak kontribusi yang diberikan pada bangsa dan negara ini. Dan, saya pikir masyarakat Indonesia sudah mengetahuinya,â€Âkata Kyai Busyro, pada wartawan dikediamannya di Ponpes Al-Karimiyah, Beraji, Gapura, Sumenep, Kamis (31/12). Kyai Busyro, yang juga mantan Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sumenep, mengaku sangat kehilangan sosok Gus Dur. Sebab, meski beliau mendapat perlakuan kurang baik, namun selalu ditanggapi dengan sikap tenang. “Terakhir kali saya bertemu dengan Gus Dur satu bulan lalu. Dan, pesan yang selalu dilontarkannya, adalah utamakan kesatuan umat, sekalipun dengan lawan politik,†ungkapnya. Kiyai Busyro yang mantan Ketua DPRD Sumenep ini menambahkan, pihaknya tidak menyangka, jika pesan tersebut menjadi pesan terakhir. “Saya tidak pernah menyangka, kalau pertemuan dan pesannya menjadi yang terakhir. Tapi, kami merelakan kepergiannya, karena ini sudah kehendak Ilahi,â€Âkatanya. ( Nita, Esha )