News Room, Selasa ( 23/12 ) Diduga ada konspirasi dalam kongres madura yang digelar di Pamekasan, para pemerhati bahasa Madura di Kabupaten Sumenep, Selasa (23/12), menggelar aksi protes melalui jumpa pers di depan Labang Mesem Pendopo Agung Sumenep. Wakil Ketua Nabara (Pembinaan Bahasa Madura) Drs. Nur Hamsah, M.Pd mengungkapkan kekecewaanya terhadap hasil kongres Bahasa Madura yang digelar di Pamekasan beberapa waktu lalu, khusunya dalam perekomedasian ejaan bahasa Madura, dimana dalam perumusannya tidak mencerminkan masyarakat Madura. Didalamnya hanya melibatakan peserta asal Pamekasan. Sedangkan dari daerah lain seperti Sumenep, Bangkalan, Sampang dan pengguna bahasa dari luar Madura tidak dilibatkan. “Apakah itu mencerminkan sebuah ejaan Madura?†Oleh karena itu kami akan melayangkan surat kepada Balai Bahasa untuk menangguhkan pengesahan dari rekomedasi ejaan hasil kongres Pamekasan kemarin,†tegas Nur Hamzah. Sementa itu pemerhati bahasa madura dari Pusat Pengkajian Bahasa dan Sastra Madura “Ajala Sottraâ€Â, Januar Herwanto mengatakan, dalam Kongres Bahasa Madura di Pamekasan terkesan ada konspirasi untuk meng-goal-kan suatu isme, utamanya dalam penggunaan ejaan. Anehnya lagi, kenapa Tim Nabara yang merupakan anggota Badan Bahasa Madura, dalam kongses kemarin tidak dimasukkan dalam pokja perumusan ejaan Bahasa Madura dan bahkan terkesan Pamekasan oriented. “Kalau ini dibiarkan, jelas akan menimbulkan kesalan berjamaah dalam berbahasa,†tegas januar. Oleh karenanya, untuk menutupi celah dari kongres kemarin pada bulan Pebruari tahun depan, kami akan mengadakan pertemuan yang akan membahas perumusan ejaan bahasa Madura yang akan melibatkan seluruh komponen Madura, baik di Madura sendiri, maupun pengguna bahasa Madura dari luar Madura seperti Bandowoso, Situbondo, Probolinggo, Banyuwangi, dan lain sebagainya. Sehingga nantinya hasil dari pertemuan tersebut akan mengakomodir seluruh masyarakat pengguna bahasa Madura, bukan seperti kemarin yang yang terkesan Pamekasan oriented. Di akhir jumpa pers, H. Imron selaku ketua Nabara menegaskan, jumpa pers ini bukan berarti bahwa ia dan rekan dari Sumenep ingin mempertahankan ejaan bahasa Madura Sumenep. Namun, pihaknya tidak ingin apabila rekomendasi ejaan yang diajukan kepada Balai Pusat Bahasa hanya berdasakan satu daerah semata. “Perlu diingat bahwa bahasa madura bukan milik 1 atau 2 daerah, melainkan milik seluruh pengguna bahasa di Madura maupun diluar Madura. ( Gun, Adjie )