Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 24-03-2020
  • 1070 Kali

Kenangan Kota Tua, Nostalgia Kota Modern Tertua Di Madura Timur (2)

Media Center, Selasa ( 24/03 ) Secara historis, kawasan Kota Tua didirikan oleh kongsi perdagangan bangsa asing atau VOC pada awal abad 18. VOC mulai tercatat menancapkan kukunya di kawasan Madura Timur pada 1705. Kala itu Sumenep berada di bawah pemerintahan Pangeran Rama alias Cakranegara II.

Kendati demikian, sebagian besar sisa peninggalan bangunan di Kota Tua berera 1830-an. Yang artinya di masa itu VOC telah bubar dan diteruskan Pemerintahan Kolonial.

“Di masa VOC memang tidak ditemukan sistem sentralistik pusat perkotaan modern di Sumenep. Karena memang yang ada sisa-sisa bangunan itu sudah berera Kolonial,” kata Hairil Anwar, salah satu anggota TACB Sumenep, Selasa (24/03/2020).

VOC memilih kawasan Kalianget sebagai pusat kongsi dagangnya dikarenakan letaknya yang sangat strategis dan merupakan bandar pelabuhan tersibuk di selat Madura. Di sanalah terletak pelabuhan Kertasada, pelabuhan tertua di Sumenep.

Sebagai penanda bahwa pihaknya “menang” atas Sumenep, VOC pun membangun sebuah benteng. Namun, karena dipandang kurang strategis, benteng pertama itu pun hanya selesai fondasinya saja. Letaknya tak jauh dari kantor BMKG Kalianget saat ini.

Lokasi benteng yang gagal dioperasikan itu oleh masyarakat setempat dikenal dengan sebutan Loji Kantang atau Ji Kantang. Saat ini merupakan sebuah kampung yang secara administratif masuk kawasan Desa Kalianget Barat.

Tidak berhenti di sana, VOC memilih kawasan lain sebagai “Loji”. Di kawasan itu lantas dibangun sebuah benteng mungil. Lokasinya memang strategis, dan berada di dataran tinggi. Dari sana VOC memang lebih efektif dalam memantau keluar-masuknya kapal di Pelabuhan Kertasada.

Kembali pada Kota Tua, mulai dari bangunan RSI Kalianget saat ini, masih bisa ditemui bangunan-bangunan masa kejayaan VOC sekaligus masa Pemerintahan Kolonial. Seperti rumah-rumah bercorak Eropa dan bangunan-bangunan lain yang fungsinya beragam. Bangunan-bangunan itu lebih lima puluh persen dibangun pasca VOC alias di masa Kolonial.

Selain itu, kawasan tersebut juga difungsikan sebagai pemukiman-pemukiman orang Eropa. Pemukiman tersebut mulai menyebar ke arah barat, hingga di daerah Marengan dan Pabian.

Jika diamati, model arsitektural bangunan di kawasan tersebut memang cenderung terpengaruh kebudayaan indisch. Kebudayaan Indisch di Indonesia berkembang pada abad 17-18.

Bangunan besar di kawasan Kota Tua juga terkait dengan industri garam. Dalam sebuah foto lawas, bisa dilihat perumahan para karyawan pabrik garam dan taman-taman yang luas.

Salah satu bangunan megahnya ialah yang saat ini menjadi kantor PT Garam dan gedung center di kawasan Kalianget Timur. ( Han, Fer )