Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 01-06-2021
  • 2835 Kali

"Belanja" Info Tentang Pasar-pasar Tradisional Tua di Sumenep (1)

Media Center, Selasa (01/06) Jauh sebelum ada pasar tradisional yang karib dengan sebutan Pasar Anom di Desa Kolor Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep tercatat pernah memiliki beberapa pasar tradisional tua.

Dari saking tuanya, pasar-pasar itu masih sering disebut dalam menunjukkan domisi atau nama suatu tempat, hingga detik ini. Namun, faktanya, kebanyakan suasana pasar tradisional sudah tidak nampak lagi di situ, meski hanya bekasnya.

Seperti Pasar Sore misalnya. Pasar yang dulu diperkirakan ada sejak pertengahan abad 19 Masehi itu dulu begitu populer bagi warga Sumenep. Sesuai namanya, Pasar Sore memang beroperasi pada sore hari.

Lokasinya tepat di Timur daya dalem Pangeran Kolonel atau Pangeran Kornel di Karangduak. Saat ini Karangduak menjadi nama salah satu kelurahan di kecamatan Kota Sumenep.

Hingga abad 20 menjelang abad 21, memang masih terlihat aktivitas pedagang di sekitar Pasar Sore. Kini, nama Pasar Sore sudah lebih dikenal sebagai nama perkampungan.

"Orang biasa menyebut Sar Sore. Karena orang Madura memang terbiasa menyebut tiga suku kata," kata RB Muhlis, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep.

"Sar Sore, lokasi bapak dulu pernah mengaji atau menimba ilmu agama," kata Lukman Hakim, salah satu warga Sumenep asal Kecamatan Gapura, Sumenep.

Sar Sore atau Pasar Sore memang dekat dengan dalem atau rumah kediaman Pangeran Kolonel atau Kornel yang disebut Loteng. Yaitu rumah megah berlantai dua. 

Pangeran Kornel yang bernama Pangeran Kusuma Senaningalaga tersebut, merupakan salah satu di antara beberapa anak laki-laki Sultan Sumenep, Abdurrahman Pakunataningrat. Kornel merupakan pangkat beliau dalam dunia kemiliteran. Beliau memang Kepala Angkatan Perang Keraton Sumenep di masanya.

Dalam perkembangannya, Loteng Pangeran Kornel ini bermetamorfosis menjadi pesantren tertua di kawasan Kota Sumenep. Beberapa tokoh pesantren lawas di Sumenep tercatat pernah "ngaji" di pesantren Loteng.

Kembali ke Pasar Sore atau Sar Sore, aktivitas pasar tradisional di sana sudah tidak lagi terlihat.

Di pinggir-pinggir jalan yang kini ditetapkan sebagai Jalan Abdul Halim Perdanakusuma itu, memang masih terlihat aktivitas jual beli, namun dalam kemasan beda. Yaitu aktivitas pertokoan atau pasar modern, yang sepi dari ciri khas pasar tradisional pada umumnya, seperti tawar menawar harga.

(Han)