Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 05-05-2009
  • 455 Kali

Hari Esok Harus Lebih Baik Dari Hari Ini

News Room, Selasa ( 05/05 ) Wakil rakyat yang akan kembali duduk di kursi legislatif periode 2009-2014, dari 50 anggota dewan, 3 diantaranya diduduki kaum perempuan. Jika sebelumnya hanya ada 2 wakil rakyat dari perempuan. Namun, saat ini disamping politisi senior, Hj. Endang Sri Rahayu Saleh, SE dari Partai Golkar yang akan kembali duduk. Dua diantaranya merupakan kader parpol yang baru pertama kalinya akan duduk di kursi legislatif. salah satunya dari Partai Amanat Nasional (PAN) dari Dapil I, Dwita Andriyani, S.Psi. Meskipun baru pertama akan duduk di kusi Dewan, namun bagi Ita, begitu panggilan akrabnya, politik bukan hal baru bagi dirinya. Jauh sebelumnya, disamping aktif di beberapa organisasi, seperti di Ikatan Kacong Cebbing (IKC) Sumenep yang saat ini sebagai Ketua, ternyata Ita sudah aktif di Politik setelah era reformasi pada tahun 1999 lalu. Bahkan, ketika News Room menemuinya di pondok tamu samping rumahnya, beberapa rekan politik dan kerabat dekatnya juga mengakui kepiawaian Ita sebagai politikus dan aktifis. Ditanya soal misi dan visi ketika akan duduk sebagai wakil rakyat, ibu dari empat Srikandi dari suaminya dr. Ali Rahmat, S.POg ini, enggan berkomentar lebih jauh. Namun yang jelas menurut Ita, yang terpenting nantinya tidak hanya bicara, namun yang dibutuhkan adalah waki rakyat yang dapat berbuat untuk masyarakat. "Saat ini masyarakat tidak membutuhkan janji, namun bukti. Jadi lebih baik berbuat sesuatu untuk rakyat ketimbang hanya mengumbar janji dan berwacana saja,"ujarnya. Menyinggung soal perannya nanti dalam membela kaumnya, secara otomatis tegas Ita, apa yang akan diperjuangkan sebagai wakil rakyat adalah untuk masyarakat, bukan hanya untuk perempuan maupun laki-laki saja. Dalam politik seharusnya tidak boleh ada dikotomi, jika itu terjadi, maka dengan keberadaan perempuan yang tidak sampai 5 persen di DPRD Sumenep, perjuangan untuk perempuan akan lemah. Karena itu, Ita, yang kerap akrab kepada siapa saja ini, tidak terlalu berobsesi yang muluk-muluk. Namun paling tidak keberadaan dirinya sebagai wakil rakyat nanti bisa bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Sesuai mottonya, hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Keinginan sederhana juga dilontarkan Rachima (39 tahun), Caleg satu-satunya dari Partai Demokrasi Pembaharuan (PDP) dari Dapil IV yang dipastikan masuk sebagai caleg jadi DPRD Sumenep. Menurutnya, pihaknya tidak memiliki target apapun dalam kiprahnya nanti sebagai wakil rakyat. Namun yang jelas, sebagai orang yang memiliki jiwa pemimpin dari almarhum ayahnya yang mantan Kepala Desa Belluk Raja Kecamatan Ambunten, H. Salimin (almarhum), dirinya sudah terbiasa dengan persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat selama ini. "Awalnya, saya hanya diinginkan oleh ayah untuk menjadi Kades, agar bisa menggantikannya ketika sudah dua kali periode sebagai Kades. Namun, mungkin Tuhan berkehendak lain, jabatan Kades tak bisa terwariskan. Dan ternyata saya justeru akan mengemban amanah yang jauh lebih besar sebagai wakil rakyat di DPRD Sumenep,"ujar Rachima sambil mengenang masa lalunya, saat ditemui wartawan dirumahnya. Meskipun sebelumnya tidak pernah menjadi kader parpol apapun, bagi Rachima ketika memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai Caleg dari PDP, yang ternyata caleg pusatnya juga seorang wanita, tekat itu tiba-tiba ada dalam dirinya. Dan ketika dikonsultasikan pada ayahnya yang masih ada sekitar 4 bulan lalu, setuju dan memberikan nama-nama tokoh masyarakat agar melakukan silaturrahmi, kepada para kerabat karib ayahnya ketika menjabat Kades dulu. "Saya bersyukur, ternyata benar pepatah yang mengatakan, orang yang melakukan kebaikan selama hidupnya, ketika mati membekas kebaikannya. Dan itu malah diwariskan kepada saya. Karena itu, saya akan berusaha semampu saya untuk memperjuangkan amanah rakyat yang berharap akan ada perbaikan nasib dimasa mendatang,"ujarnya. Bicara soal pemberdayaan perempuan rupanya bagi ibu dua putri dari suaminya, Rudi Hartono bukan hal baru. Sebab, disamping sebagai ibu rumah tangga biasa, dia juga aktif diberbagai organisasi perempuan dan perkumpulan pengajian muslimah. Jadi hakekat perjuangan emansipasi wanita yang selama ini sering disinggung oleh berbagai kalangan, tetap harus dipegang teguh, agar tidak sampai meninggalkan kodratnya sebagai ibu dalam keluarga sakinah. ( Ren, Esha )