News Room, Sabtu ( 10/01 ) Keprihatinan terhadap moral generasi muda saat ini, tidak hanya menjadi pemikiran dan kekhawatiran dari kalangan pendidik saja, namun kalangan masyarakat juga memiliki kekhawatiran yang sama. Sebab, belakangan ini kerap terjadi perilaku negatif anak seusia SMP dan SMA yang melakukan tindakan negatif didalam dan luar sekolah. Salah satunya keluar dari Ketua Dewan Penasehat LSM FIKKRI Sumenep, KH. Khairul Amin, SH. Menurutnya, pendidikan moral bagi anak seharusnya memang dimulai dari lingkungan keluarga, kemudian sekolah dan dalam pergaulan. Sebab, pengaruh negatif yang terjadi dalam keluarga seringkali menjadi pemicu perilaku anak diluar. “Seharusnya dalam rumah tangga, dalam hal ini orang tualah yang pertama kali memberikan bekal moral yang baik bagi putra-putrinya, sehingga mereka merasa dibimbing, dikasihi dan diayomi. Dan yang tidak kalah pentingnya bekal keimanan yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini,â€Âujar KH. Khairul Amin. Sedangkan di Sekolah maupun Pondok Pesantren tetap memiliki tanggung jawab membina moral anak untuk lebih baik. Misalnya, jika ada tanda-tanda anak memiliki kebiasaan kurang penurut, harus mendapat perhatian khusus bagaimana anak diasah memiliki kebiasaan patuh terhadap guru maupun pengasuh. Sebab, jika hal kecil seperti itu tetap dibiarkan, akan tumbuh sikap pembangkangan pada diri anak. Ironisnya, apabila mereka mencari pergaulan diluar yang bisa menerima sikap dia sebagai anak yang tidak mau menjadi penurut. Cara pelarian seperti inilah yang kemudian secara perlahan dapat merubah perilakunya menjadi kriminal. KH. Khairul Amin mencontohkan, perilaku anak yang tidak memiliki bekal imam yang kuat, mulai melakukan hal-hal negatif, seperti mencuri milik temannya, berkelahi dan sebagainya. Bahkan, anak SMA yang kadang tawuran atau sampai membunuh teman seusianya, seperti perilaku kriminal orang dewasa. Jadi, sejak dini perilaku anak harus terpantau, agar tidak berkembang lebih buruk. ( Ren, Esha )