News Room, Senin ( 08/04 ) Pemerintah mewaspadai kasus merebahnya virus flu burung jenis baru (H7N9) yang ditemukan di Tiongkok. Virus tersebut lebih mematikan dari pada jenis lama, yaitu H5N1. Kesiagaan harus ditingkatkan karena potensi penularan lintas negara masih cukup besar. Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, saat ini seluruh negara, khususnya di sekitar Tiongkok, tengah siaga menghadapi penularan virus mematikan tersebut. “Pemerintah meminta semua pihak agar meningkatkan kewaspadaan, terutama terkait dengan pengamanan unggas,”kata Nafsiah di Jakarta kemarin Dia mengatakan, kemampuan Indonesia dalam menghalau penyebaran virus flu burung jenis H5N1 harus ditingkatkan lagi. Berdasar pengecekan awal terhadap sampel flu burung, menurut Nafsiah, saat ini belum ditemukan mutasi virus H7N9 di tanah air. Nafsiah menyatakan, seluruh unggas, baik itu piaraan maupun ternak, harus mendapatkan vaksin. Dokter anak tersebut mengatakan, upaya mencegah penyebaran jenis baru Virus flu burung itu juga harus didukung pemerintah daerah. “Pemda harus lebih aktif memantau kondisi di lapangan,”katanya. Perusahaan farmasi juga diminta turut aktif. Nafsiah meminta PT Bio Farma segera melanjutkan produksi vaksin virus flu burung. Saat ini kasus penularan jenis baru virus flu burung di Tiongkok mencapai 18 orang. Enam orang diantara mereka dikabarkan meninggal dunia. Penderita diduga terpapar virus flu burung karena kontak langsung dengan unggas. Belum ditemukan fakta adanya penularan antar manusia. Badan Administrasi Obat dan Makanan Tiongkok telah menyetujui penggunaan obat suntik anti influenza. Obat itu disebut Paramivir yang diproduksi BioCryst, salah satu perusahaan bioteknologi dari Amerika Serikat. Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri P.L.E. Priatna mengatakan, hingga kini Indonesia belum merasa perlu menerapkan travel warning. “Kasusnya masih bersifat lokal dan belum ada warga asing yang terjangkit. Kita berpengalaman saat ada virus SARS (infeksi pernafasan akut) di Hongkong,”kata Priatna. ( JP, Ingun, Esha )