![news_img](https://sumenepkab.go.id/uploads/images/news_news/17786c3e2859fd7ef98130e7c781f8ea0507b14f.jpg)
Media Center, Kamis ( 26/08 ) Kegiatan pembelajaran pasca dilaksanakannya Workshop Kurikulum Darurat (KD) Pandemi COVID-19 di Kabupaten Sumenep, khususnya yang dilakukan di SDN Batuan 1 berdampak sangat bagus untuk pembelajaran yang dilaksanakan secara daring maupun luring.
Kepala SDN Batuan 1, Mariyatul Kiptiyah, S.Pd.SD, mengaku hampir tidak ada kesulitan dalam pelaksanaan kurikulum darurat selama pandemi COVID-19. Sebab, di samping terbantu dengan kurikulum baru yang mudah diterapkan oleh para guru juga tersedianya fasilitas IT di sekolah. Seperti halnya dengan adanya 20 unit komputer di laboratorium komputer yang juga dilengkapi jaringan wifi, sehingga mudah melaksanakan literacy cloud dari hasil workshop bulan April-Mei lalu.
“Jika sebelumnya komputer yang ada hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan ujian dan penilaian harian, saat ini sudah bisa dikembangkan melaksanakan literacy cloud, sehingga lebih menarik dan mudah bagi siswa,” ungkap Mariyatul Kiptiyah saat monitoring dan pendampingan Pokja oleh Tim Program Inovasi dan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, Kamis (26/08/2021).
Menurutnya, sebelumnya literacy cloud juga menggunakan projektor dan handphone siswa saat pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan setelah Pembelajaran Tatap Muka (PTM) kembali bisa dilaksanakan di ruang Laboraturium Komputer.
Mariyatul Kiptiyah juga mengaku telah melaksanakan pembelajaran hasil workshop kurikulum darurat dengan penggunaan modul yang digandakan 1 siswa 1 modul, begitu juga modul untuk orang tua disediakan sekolah.
"Termasuk pelaksanaan assisment diagnostic, agar menghasilkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang baik dan dengan adanya remedial anak yang belum mencapai KKM dilakukan pemetaan sehingga hasilnya sesuai harapan," jelasnya.
Di samping itu menurut Mariyatul Kiptiyah, melalui kegiatan KD antusias dan dukungan dari orang tua siswa yang dikirim melalui WhatsApp Group (WAG), karena lebih mudah dapat mendampingi anaknya yang kurang mengerti saat ini lebih semangat.
“Ada kesan dan pesan dari para orang tua di WAG, semoga inovasi pembelajaran dengan KD ini bisa berlanjut,” tandasnya.
Sebelumnya di kurikulum 13 hanya ada buku guru dan murid, namun kali ini juga ada modul untuk orang tua. Hanya saja, jika selama ini pengadaannya dilakukan melalui biaya sekolah, ke depan diharapkan ada distribusi modul dari pemerintah, sehingga biaya yang dikeluarkan sekolah yang memiliki 122 siswa ini tidak besar. Sebab, print gambar berwarna sangat menarik dan lebih menyenangkan bagi siswa.
Sementara Guru Kelas SDN Batuan 1, Maya Rusliyanti, S.Pd.SD juga mengakui manfaat dari hasil workshop kurikulum darurat minat baca siswa pada buku berkurang, sehingga dengan literacy cloud mereka lebih semangat, senang dan antusias melaksanakan literasi ketika membuka HP android dan komputer di rumahnya.
“Minat baca siswa seperti menggeliat kembali selama masa pandemi ini. Bahkan, sebelum PTM, saat PJJ literacy cloud ini menjadi solusi bagi siswa dan orang tua, karena anaknya tidak perlu dikekang lagi karena sudah mencintai literasi,” ujarnya.
Kondisi sekolah yang ada di perumahan tentunya mayoritas siswa memiliki HP android sekitar 85% dan sisanya belum memiliki HP. Sedangkan kendala jaringan dan paket data serta keterbatasan SDM orang tua siswa tetap diupayakan dengan melakukan pendampingan dan sosialisasi yang dilakukan oleh guru.
Menariknya jelas Maya, kegiatan assisment diagnostic yang bisa dilaksanakan sebelumnya pada pelajaran non kognetik, menggunakan Google Form melalui link yang dikirim ke WAG kelas 6 untuk mengisi soal dan hasilnya bisa dibaca setelah pembelajaran dimulai.
Dan ternyata mayoritas siswa bisa menerima materi pengetahuan melalui Google Form hampir seratus persen mengisi, dan hanya ada 4 siswa nilainya di bawah KKM karena terlambat dan terburu-buru.
“Setelah ditelusuri ternyata kendalanya jaringannya kurang baik dan ketersediaan paket data hingga mencari temannya yang bisa hotspot dan karena telat akhirnya mengerjakannya terburu-buru,” jelasnya.
Sedangkan pengakuan dari siswa kelas 6, Ibad Hanif Aufar Mawazi, justeru mengaku sangat asik dan menyenangkan belajar menggunakan literasy cloud, karena di samping mudah dan senang belajar dengan menggunakan bacaan cerita, gambar maupun video yang bagus dan bisa dipilih.
“Saya senang dan asik belajar dengan literacy cloud ini, sehingga menambah wawasan dan ditambah fasilitas yang enak khususnya saat pembelajaran tatap muka seperti saat ini,” katanya. ( Ren, Fer )