Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 01-07-2005
  • 442 Kali

RATUSAN SISWA SMP DAN SMA DINYATAKAN TIDAK LULUS

Sumenep-Infokom News Room : Adanya ketentuan tentang standart nilai minimal pelulusan, yakni 4,26 nampaknya melahirkan ribuan tetesan air mata, pasalnya, tidak sedikit siswa SMP yang dinyatakan tidak lulus. Salah satunya yang dialami SMP Negeri 3 Sumenep, dimana dari jumlah siswa 172 orang yang mengikuti Ujian Nasional (UN) beberapa waktu lalu itu, hanya 72 siswa yang dinyatakan lulus, sedangkan sisanya sebanyak 102 siswa dinyatakan tidak lulus. Menyikapi fenomena itu, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep, H. Moh. Rais, S.Pd, M.Si saat ditemui News Room mengatakan, dengan standart nilai pelulusan 4,26 itu, banyak siswa yang tidak lulus, bahkan banyaknya siswa yang tidak lulus itu terjadi dibeberapa sekolah yang diantaranya di SMP Negeri 3, SMP Negeri 6 dan SMP Negeri 2 Kalianget. H. Moh. Rais menuturkan, jumlah siswa yang dinyatakan tidak lulus se Kabupaten Sumenep untuk tingkat SMP sebanyak 312 siswa. H. Moh. Rais menambahkan, sementara bagi siswa yang tidak lulus untuk tingkat SMA seluruhnya berjumlah 64 siswa yang terdiri dari 6 siswa untuk jurusan IPA dan 58 siswa jurusan IPS. Namun demikian menurut H. Moh. Rais, bagi siswa yang tidak lulus Ujian Nasional itu masih bisa mengikuti ujian ulang yang rencananya akan dilaksanakan pada bulan Agustus mendatang. Sedangkan mekanisme pengumuman pelulusan kali ini beraneka ragam, seperti halnya yang dilakukan SMA PGRI Sumenep yang melibatkan seluruh tenaga pendidiknya untuk mengantarkan surat pemberitahunan pelulusan itu kerumah masing -masing siswa. Menurut Kepala SMA PGRI Sumenep, Drs. Manafi Ilyas menandaskan, metode pelusuan itu diterapkan pihaknya hanya untuk menghindari peristiwa tahun lalu terulang kembali, dimana salah seorang siswa yang telah dinyatakan lulus harus menerima nasib tragis, sebab ketika melakukan konvoi ia mengalami kecelakaan dan meninggal dunia, selain itu tegas Manafi Ilyas, hal itu untuk mencegah adanya corat coret baju seragam. Akan tetapi antisipasi yang diterapkan sekolah itu sepertinya tidak dapat membendung aksi konvoi dan corat coret seragam untuk meluapkan kegembiraannya, buktinya saat hari pelulusan masih ditemui aksi konvoi dan corat coret seragam disetiap ujung jalan. ( Yasik, Esha )