Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 25-07-2020
  • 1718 Kali

Ziarah Masjid Lembung, Peninggalan Guru Bindara Saot

Media Center, Sabtu ( 25/07 ) Berdiri di ketinggian, masjid ini tampak gagah dan mewah. Masjid Lembung. Lembung merupakan nama salah satu kawasan pesantren kuna di Sumenep.

Saat ini Lembung masuk wilayah Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Madura.

Pembabat Lembung pertama ialah Kiai Faqih. Lidah masyarakat setempat menyebut ulama ahli fiqih dan sekaligus budayawan kuna ini dengan Ke Pekke atau Keyae Pekke.

Sebelum Kiai Faqih, ada juga Nyai Ceddir, yaitu putri Kiai Khatib Paddusan yang menetap di sana.

Saat ini situs Lembung yang berupa makam Kiai Faqih, Nyai Ceddir, dan Nyai Izzah, masih cukup terawat.

Cukup dimaklumi, kawasan Lembung memang merupakan rumah kedua Bindara Saot alias Kangjeng Raden Tumenggung Tirtonegoro, penguasa Sumenep pada 1750-1762.

Bindara Saot yang lahir di Batuampar (saat ini masuk Kecamatan Guluk-guluk) menghabiskan masa kecilnya di pesantren Lembung. Pesantren yang didirikan dan diasuh Kiai Faqih, pamannya sendiri.

Ibu Bindara Saot, Nyai Nurima memang saudara kandung Kiai Faqih. Keduanya merupakan anak dari Kiai Khatib Bangil Prongpong.

Kembali pada Masjid Lembung, menurut riwayat turun-temurun, memang dikenal sebagai masjid yang dibangun Kiai Faqih.

"Memang ini masjid Kiai Faqih. Namun sudah mengalami perubahan dan pemugaran," kata warga setempat di sekitar Asta Lembung dan Masjid Lembung, sebut saja Halimah, Sabtu (25/07/2020).

Kiai Faqih bisa dipastikan hidup di paruh kedua abad 17 atau di kurun 1600-an Masehi. Namun tidak bisa dipastikan sejak kapan beliau hijrah ke Lembung dari asalnya, Prongpong.

Termasuk juga tidak bisa dipastikan kapan Masjid Lembung berdiri.

"Menurut sebuah catatan kuna Sumenep, Kiai Faqih atau Ke Pekke dikenal sebagai ahli fiqih, dan banyak santrinya," kata Ja'far Shadiq, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep.

Untuk menuju Masjid Lembung, peziarah harus melalui sebuah jalan kecil ke selatan dari jalan utama Lenteng-Ganding.

Jalan KH. Munir namanya. Di sebelah selatan Masjid merupakan pemukiman. Ada pesantren juga di sana. Namun bukan peninggalan Ke Pekke.

Terus ke selatan, jalan terputus oleh aliran sungai Lembung. Ada jembatan penyambung jalan.

Sementara di sebelah barat masjid merupakan situs Asta Lembung. ( Han, Fer )