News Room, Jum’at ( 23/04 ) Seorang bocah berusia 12 tahun, Nur Khalis, warga Dusun Jambangan, Desa Batang-batang Daya, Kecamatan Batang-batang, tidak pernah meratapi kehidupannya, meski divonis menderita katup jantung bocor, sejak usia 4 bulan. Ketiadaan orang tuanya untuk mengobati penyakitnya, membuat Nur Khalis hanya dirawat dirumah dengan sesekali dibawa ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat. Nur Khalis, merupakan anak kedua dari 2 bersaudara, pasangan suami-istri Astutik (40) dan Mohammad (45), warga setempat. Menurut Ibu Penderita Katup Jantung Bocor, Astutik, pihaknya sengaja merawat anaknya dirumah, karena tidak mempunyai biaya untuk dibawa ke Rumah Sakit Daerah (RSD) Sumenep. “Dulu, kami pernah membawa Nur Khalis ke Rumah Sakit Daerah (RSD) Sumenep, saat masih berusia 4 bulan. Tapi, tenaga medisnya justru menyarankan kami supaya dibawa ke Rumah Sakit Surabaya. Sebab, penyakit yang diderita Nur Khalis cukup serius. Karena kami tidak punya biaya, ya sampai sekarang tetap dirawat dirumah,â€Âkata Astutik, pada wartawan di kediamannya, Jum’at (23/04). Untuk biaya pengobatan anaknya, kata Astutui, dokter yang menangani Nur Khalis sudah meminta dirinya supaya menyiapkan uang senilai Rp. 100 juta, dengan persiapan dirujuk ke Surabaya. “Kami ini kan orang miskin, yang hanya mengandalkan hasil jualan nasi pecel. Dari mana dapet duit ratusan juta. Jangankan Rp. 100 juta, buat makan sehari-hari saja, kami harus pontang panting memeras keringat,â€Âterangnya. Astutik menjelaskan, putra kesayangannya itu menderita penyakit tersebut sejak berusia 4 bulan. “Waktu itu, Nur Khalis mengalami panas tinggi disertai sesak nafas, kulit dan mata menguning, kemudian kuku hitam. Kami langsung membawanya ke Puskesmas setempat. Hasil pemeriksaan, jantung Nur Khalis bocor hampir menggerogoti paru-paru dan ginjal kering,â€Âujarnya menuturkan. Saat ini, dengan segala keterbatasan biaya, dirinya bersama suaminya hanya bisa merawat Nur Khalis di rumah. Karena, selama ini biaya yang sering dipakai membawa anaknya ke Puskesmas dan rumah sakit adalah hasil sumbangan dari tetangganya. “Kami sangat berharap pada Pemerintah Kabupaten Sumenep dan para dermawan, untuk membantu meringankan beban yang kami pikul,â€Âungkapnya penuh harap. ( Nita, Esha )