Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 02-09-2010
  • 746 Kali

Mahalnya Mitan, Merupakan Konsekuensi Konversi Migas

News Room, Kamis ( 02/09 ) Makin tingginya harga minyak tanah (mitan) pasca adanya konversi mitan ke migas, memang tidak dapat dielakkan lagi. Sebab, program konversi tersebut sudah merupakan langkah awal untuk mengurangi distribusi minyak tanah. Jadi, tidak bisa dipungkiri soal semakin mahalnya harga mitan ketika sudah langka. Hal tersebut diungkapkan Ketua Komis B DPRD Sumenep, Ir. Bambang Suprayogi ketika ditemui wartawan, Kamis (02/09) di kantornya. Menurutnya, masyarakat tidak bisa berbuat banyak untuk tetap menerima kebijakan yang dilaksanakan secara nasional itu, sehingga mau tidak mau harus tetap menerima konsekuensi mahal dan langkanya mitan dari sebelum adanya konversi ke migas. “Bahkan, jika di Sumenep harga mitan berkisar Rp. 6.000,00 hingga Rp. 6.500,00 masih dianggap tidak seberapa, jika dibandingkan dengan daerah lainnya, yang harga mitannya sudah melambung dari harga sebelumnya,”ujar Bambang. Sebagai solusi tegas Bambang, mungkin pihak pemerintah dapat berkoordinasi dengan perusahaan yang ditunjuk sebagai distribusi tabung gas untuk melakukan sosialisasi kebawah. Sebab, pada kenyataannya, masyarakat banyak yang tidak menggunakan tabung gas, bahkan banyak yang dijual. Disisi lain mau menyalahkan masyarakat yang menjual maupun yang tidak menggunakan gas elpiji itu tidak benar, karena mereka memang betul-betul trauma dan takut dengan berbagai kejadian meledaknya tabung gas akhir-akhir ini dan sebagainya. Disisi lain, sosialisasi memang tidak maksimal oleh pelaksana distribusi gas elpiji tersebut. Karena itu menurut Bambang, sebaiknya meskipun terlambat tetap dilaksanakan sosialisasi ke masyarakat, sehingga apabila para penggguna gas elpiji semakin banyak, kebutuhan minyak tanah semakin berkurang, dan cukup sekedar keperluan lainnya yang tidak menjadi kebutuhan bahan bakar pokok setiap harinya. ( Ren, Esha )