Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 06-02-2025
  • 256 Kali

Terdampar di Pulau Giliyang, Dua WN Australia Jatuh Hati pada Sumenep

Media Center, Kamis (06/02) Dua warga negara asing asal Australia, Watt Peter John (63) dan Delves Catherine Winifred (61), yang sebelumnya terdampar di Pulau Giliyang akibat kerusakan kapal, kini justru memperpanjang masa tinggal mereka di Sumenep. Pesona alam, budaya, dan keramahan masyarakat membuat mereka enggan segera pergi.

Keduanya dievakuasi dari Pulau Giliyang pada Senin (03/02/2025) dan ditempatkan di Rumah Dinas Bupati. Awalnya, mereka berencana segera mencari bantuan teknis untuk memperbaiki kapal. Namun, setelah menjelajahi keindahan Sumenep, mereka memutuskan untuk menunda kepergian.

"Kami akan pergi besok (Kamis, red), tapi kami memiliki tempat yang indah. Kami bersenang-senang di sini. Dan semua orang sangat ramah sehingga kami berpikir, apakah kami bisa tinggal tiga hari lagi. Jadi saya menelepon orang di Giliyang yang mengorganisir nelayan lokal untuk kami, agar kami tinggal tiga hari lagi di sini," ujar Catherine kepada Media Center Diskominfo Sumenep, Rabu (05/02/2025).

Selama di Sumenep, mereka mengunjungi Desa Aeng Tong-tong, yang terkenal sebagai desa para empu pembuat keris. Catherine dan Peter terkesan dengan tradisi pembuatan keris yang diwariskan turun-temurun, bahkan sejak usia sekolah dasar. Mereka juga melihat langsung proses pembuatan batik di Desa Pakandangan, Kecamatan Bluto, serta membeli kain batik dan topi khas Sumenep sebagai kenang-kenangan.

Selain keindahan alam dan budaya, keramahan masyarakat Sumenep juga meninggalkan kesan mendalam bagi mereka.

"Setiap orang yang kami temui selalu menyapa, melambaikan tangan, dan bahkan mengajak foto bersama. Itu sangat menyenangkan!" ujar Catherine dengan antusias.

Mereka pun mengucapkan rasa terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Sumenep yang telah memberikan pelayanan terbaik selama mereka tinggal.

"Ya ampun, kami sangat bersyukur. Kami merasa sangat tersanjung dan tersanjung bisa tinggal di tempat menakjubkan seperti ini. Hal ini sangat-sangat menarik," ungkapnya penuh kagum.

Sebelumnya, keduanya sempat menjadi perbincangan di media sosial karena kapal mereka terdampar di Pulau Giliyang setelah mengalami kerusakan. Mesin kapal rusak dan tiang layar patah akibat angin kencang, membuat mereka terombang-ambing di laut selama beberapa hari sebelum akhirnya mendarat di pulau yang terkenal dengan kadar oksigennya yang tinggi.

Warga setempat dengan sigap menolong mereka, memberikan tempat bersandar, serta memperkenalkan keindahan Pulau Giliyang. Catherine mengaku sangat tersentuh dengan keramahan masyarakat.

"Kami sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan. Semua orang di sini begitu ramah," ujarnya.

Awalnya, mereka berlayar dari Darwin menuju Kalimantan dan menjadikan Pulau Giliyang sebagai salah satu tempat bersauh. Namun, insiden tak terduga membuat mereka justru mendapatkan pengalaman tak terlupakan di Sumenep.

Kini, Peter dan Catherine menikmati masa tinggal mereka di kota yang dijuluki Kota Keris ini, membuktikan bahwa Sumenep tak hanya sekadar persinggahan, tetapi juga destinasi yang mampu memikat hati wisatawan mancanegara.

(Miko, Han)