Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 09-10-2017
  • 5864 Kali

Hari Jadi Kabupaten Sumenep, Jejak Sejarah Yang Tercecer

Media Center, Senin ( 09/10 ) Setiap tahun hari jadi kabupaten Sumenep diperingati dengan cukup meriah. Tepatnya di pengujung bulan Oktober. Saat itu, 1269 M yang silam, kota kecil yang dulunya dijadikan tempat pengucilan lawan politik di masa Singhasari ini, lambat-laun mengubah arah sejarah nusantara. Kala itu Banyak Wide alias Aria Wiraraja dilantik sebagai adipati Sumenep.

Kondisi Madura kala itu tidak sama dengan kondisi dua atau tiga abad setelahnya. Belum ada pembagian wilayah menjadi empat kadipaten. Di Madura, dua tempat yang dikenal ialah Madura Barat dan Madura Timur. Madura Timur atau Sumenep, menjadi pusat pemerintahan Aria Wiraraja. Sedangkan Madura Barat merujuk pada Sampang.

Kembali pada hari jadi, sebenarnya, pemerintahan di Sumenep tidak dimulai sejak datangnya Wiraraja. Menurut almarhum R B Syamsul Imam, BA, dalam “Sepintas Kilas Adat Budaya Sumenep sebagai Aspek Pembangunan Nyata” (1986), jauh sebelum itu sudah dinyatakan dalam sebuah prasasti di pintu Agung keraton Sumenep dalam bahasa Arab dan Madura kuna, bahwa Sumenep sudah terkondisikan sebagai pusat pemerintahan di Madura meski dalam struktur yang cukup sederhana.

“Dalam bahasa asing di prasasti itu tertulis Brahmono Hasmoro Hung Putri Hayu. Brahmono berarti 6; Hasmoro berarti 8; Hung berarti 9; Putri berarti 1; dan Ayu berarti 1. Maknanya, susunan struktur susunan pemerintahan di Sumenep sudah ada sejak 1 Januari 986 Masehi,” kata R B Muhlis, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep.

Dulu, Sultan Sumenep, Abdurrahman Pakunataningrat juga diriwayatkan menemukan lempengan prasasti kuna. Hanya dalam bagian yang menyebut masa ternyata hilang atau tidak terbaca. Salah satu petunjuk di prasasti kuna berbahasa sanskerta itu disebut penguasa kala itu bernama Pangeran Ratu.

Tak hanya itu, di sebuah prasasti lain, dijumpai keterangan yang menambah khasanah tentang awal-mula Songennep. Di prasasti Pictugraf di Barana Kubah Pulang Jiwa, dijumpai keterangan bahwa kota kecil ini berdiri pada 1 Desember 1292 M. Tanggal itu merupakan masa turunnya Aria Wiraraja sebagai adipati Sumenep untuk selanjutnya menduduki sebagai adipati di Lumajang. Sementara di Sumenep, diberikan pada adik Wiraraja yang bernama Aria Bangah.

“Aria Bangah ini lantas bergelar Wiraraja ke-II. Dari beliau lahirnya dinasti Bangah hingga Pangeran Sidingpuri,” kata Muhlis.

Akhirnya, melalui hasil sebuah seminar sehari yang kemudian ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Sumenep no. 588 Tahun 1989, hari Jadi Sumenep jatuh pada 31 Oktober. “Itu kesepakatan yang melibatkan semua pakar sejarah di sini, dan pakar lainnya; dengan berdasar pada prasasti, peninggalan kepurbakalaan, karya sastra, dan sumber asing,” tutup Muhlis. ( M. Farhan. M, Fer )