Sms Pengaduan :
news_img
  • ADMIN
  • 12-05-2020
  • 2672 Kali

Jejak Kuda Terbang Di Bukit Asta Tinggi

Media Center, Selasa ( 12/05 ) Kuda terbang hingga kini dianggap mitos. Namun semitos-mitosnya kuda terbang, ternyata hingga kini menjadi sebuah lambang. Tak sekadar lambang biasa, ia lambang Kabupaten di ujung timur nusa garam.

“Di masa keraton, kuda terbang juga menjadi lambang negara Songennep,” kata Ja’far Shadiq, salah satu pemerhati sejarah di Sumenep, Selasa (12/05/2020).

Penampakan kuda terbang juga terlihat di beberapa tempat. Salah satunya di kawasan Asta Tinggi.

Sebuah cungkup megah di belantara Asta Tinggi terlihat kokoh. Di dalamnya terdapat dua makam istimewa. Bukan hanya tokohnya, tapi jirat dan kijingnya.

“Hampir dipastikan, model di sini adalah satu-satunya di kawasan Asta Tinggi,” kata Ja’far.

Makam itu ialah makam Kiai Angabai Mangundireja dan putranya. Mangundireja adalah patih Sumenep yang gugur dalam bentrok dengan pasukan kapal Inggris di kawasan Loji Kantang, Kalianget.

Lambang kuda terbang itu dipahat di permukaan batu pilihan. Tertulis angka tahun 1796. Angka itu menunjukkan tahun Masehi. Yakni kejadian wafat Mangundireja dan sekaligus proses awal pembuatan bangunan makam tersebut.

“Tidak ada keterangan lebih lanjut mengenai penempatan kuda terbang tersebut. Namun kuda terbang juga dipakai dalam beberapa bangunan istimewa keluarga keraton Sumenep. Salah satunya di bangunan kediaman Pangeran Le’nan Kepanjin,” kata Hairil Anwar, salah satu anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Sumenep.

Pangeran Le’nan merupakan salah satu putra Sultan Sumenep yang dikenal dengan keperwiraannya. Konon, sang pangeran memang mewarisi kuda terbang, kendaraan Joko Tole sang legenda.

“Kisah ini merupakan riwayat tutur turun-temurun di kawasan kampung Pangeran Le’nan,” kata RB Ainurrahman, salah satu keturunan Pangeran Le’nan.

Selain kubah Patih Mangundireja, terdapat kawasan makam Raden Ardikusuma, sekitar 30 meter ke arah barat. Ardikusuma juga terkait erat dengan mitos kuda terbang.

“Raden Ardikusuma juga dipercaya mewarisi kuda terbang Joko Tole. Jika ditarik benang merahnya, beliau ini adalah salah satu mertua Pangeran Le’nan,” kata Ja’far, narasumber di atas, yang juga salah satu personel Komunitas Ngoser (Ngopi Sejarah). ( Han, Fer )